Kamis, 11 Desember 2014

Gary si Keong Racun






Gary, namanya mengingatkanku akan seekor keong piaraan Spongebob yang bernama Gary. Pertemuanku dengan Gary terjadi ngak sengaja.  Pada saat itu aku bersama cewek-cewek se-geng sedang makan bakso di kantin.  Disaat sedang melahap bakso yang terhidang, di depan mataku muncul sesosok makhluk berjenis kelamin laki-laki dengan rambut bergaya Ariel Noah sedang berdiri memesan bakso – lebih mirip Ariel atau Parto ngak tau juga siy… tergantung sudut pandang dan imajinasi yang liat kale. Alhasil bakso pun nyaris kutelan tanpa proses pengunyahan.

Otakku langsung bereaksi dengan merekam peristiwa itu. Tampang cowok itu langsung nempel di otakku tanpa bisa di delete. Kenapa? Karena menurut teman-temanku Gary adalah cowok yang suka ngajakin ML. Ini yang membuatku tertarik pada Gary, sebagai obyek penelitian skripsi-ku.
Aku saat ini sedang menyusun skripsi dengan judul  “Mewaspadai Laki-laki Bermental keong Racun.” Untuk itu aku memerlukan beberapa responden sebagai nara sumber dan obyek penelitian untuk dijadikan riset skripsiku tersebut. Ada beberapa orang yang akan kuteliti dan Gary adalah yang paling mendekati sifat-sifat dari si Keong Racun.

Oke, sekarang kita masuki topik dari judul skripsiku.” Apa maksudnya Keong Racun? Menurut sumber yang aku dapet dari youtube setelah melihat definisi Keong Racun dari Sinta dan Jojo, mengatakan Keong Racun adalah seseorang yang ‘baru kenal sudah ngajak tidur’ ah…masasih?? Jadi harus dibuktikan apakah Gary bermental seperti si Keong Racun seperti dalam lirik lagu Sinta dan Jojo.


***

Hari ini aku akan mencari Gary di Kampus untuk di-observasi sebagai obyek penelitian. Pagi itu aku pun menunggunya di halte bis depan kampus, supaya tau kalo Gary datang dengan mengendarai motor trail-nya.
Slap…dari sudut mataku, aku langsung menangkap kehadiran Gary. Entah mengapa hatiku tiba-tiba berguncang, aku seperti merasakan gempa yang memporak-porandakan perasaanku. Aneh … cowok ini ternyata mempunyai chemistry yang tinggi, maka ngak heran kalo banyak cewek mau diajak ML.

Denger –denger Mira, Tati, Rieka dan masih banyak cewek-cewek yang sudah pernah jalan sama Gary pernah ML dengan cowok itu. Wew…ngeri ya. Tapi aku memberanikan diri, karena ini sebuah tantangan buatku. Untuk mengetahui apa motivasi seorang Gary melakuan seks bebas dan berganti-ganti pasangan.

Pelan-pelan kudekati Gary yang sedang duduk sendiri. Dan dengan keberanian yang sangat tinggi kupaksakan bibirku untuk menyapanya terlebih dahulu. Tanpa membuang waktu aku pun sudah duduk di sebelah Gary si keong racun. Aku mengibaskan poniku untuk menarik perhatiannya. Sesaat Gary melirik ke arahku. Alamak! Lirikannya membuat jantungku hampir copot.

“Halo Gary,” tegurku sambil mengerjap-ngerjapkan mataku yang dihiasi bulu mata palsu halilintar khas Syahrini. Gary membalasnya dengan senyum terpaksa dan pandangan mual.

“Halo…” Melihat reaksinya yang minimalis, akupun lalu berusaha membuka pembicaraan dan lebih agresif. Bla…bla…bla…benar saja setelah setengah mati aku berusaha sok akrab, ternyata Gary orang yang gampang bergaul. Kesan pertama memang kelihatannya si Gary ini sombong, angkuh, brutal, doyan seks dan buta sopan santun. Ternyata he’s very nice person.

Akhirnya setelah ngobrol ke sana ke mari dan melihat gelagat Gary mulai bisa ngobrol dengan nyaman, tanpa basa-basi aku mulai mengajaknya berkencan. Ajakanku ternyata disambutnya hangat, sehangat teh sore dan biskuit roma yang menemani.

“Umpppphh…okay, bagaimana kalo besok kita ML?” aku yang sedang mengunyah tahu goreng langsung tersedak. Tapi akhirnya bisa kuatasi setelah mengambil nafas panjang-and up and down, and up and down- loh kok kek senam pernafasan bagi ibu hamil?

“Owh…baiklahhh,” kataku dengan nafas ngos-ngosan karena kaget dan aku langsung mengiyakan permintaannya sambil membatin- damn, I’m like a bitch-


***

Kencan Dengan Gary

Aku dan Gary janjian bertemu di seputaran Pa’Un (Jalan Pati Unus, Kebayoran Baru) setelah jam 4 sore. Aku menunggu dalam mobil seorang diri. Sayup-sayup terdengar suara motor trail milik Gary membahana. Tak lama cowok itu sudah ada di samping kaca mobilku. Dia memberi isyarat padaku untuk membuka kaca mobil. Buru-buru aku ambil handphone lalu mengaktifkan recorder-nya. –Sasaran mendekat, dengan motor trail-nya di samping kaca mobil- Aku pun mulai merekam seperti layaknya detektif swasta.

“Keyko…kita ‘jalan’ pake mobil kamu aja yah. Ikuti aku…mau nitipin motorku dulu di rumah temen.”

“Okay…duluan deh, ntar aku ikutin dari belakang.” – Sasaran pergi menuju rumah temannya untuk menitipkan motor trail-nya-

Setelah menitipkan motornya, Gary pun sudah duduk manis di sampingku. Sambil menyetir aku meliriknya dan kebetulan dia pun melihat ke arahku. Recorder masih aku nyalakan sehingga segala pembicaraan kita terekam sempurna.

“Sekarang kita ke mana, Gary?”

“Aku tau tempat ML yang enak, temen-temen cewekku juga paling suka ML di situ.”

“Oh ya…” kataku antusias. “Ok, Gary…di daerah mana tuh?”

“Kita ke arah Pasar Mayestik…tau kan?”

“Ok.” Mobilku bergerak menuju Pasar Mayestik. Setelah sampai di tujuan Gary menyuruhku memasuki area parkiran pasar. Hampir setengah jam kami berputar-putar mencari tempat parkir yang kosong. Pada akhirnya kami pun mendapat tempat di depan Panti Pijat ala Jepang. Kemudian kita turun dari mobil.

Gary menggandeng tanganku. Ternyata dia tidak membawaku masuk ke panti pijat tadi-aku sempat berpikir dia akan membawaku ML di Panti Pijat. Kami terus berjalan sepanjang trotoar di Pasar Mayestik. Tak lama kemudian Gary menghentikan langkahnya di depan sebuah warung Padang.

“Yuk key…kita cari tempat duduk,” kata Gary ramah. “kamu tau ngak Key…di sini kita bisa merasakan ML (Makan Lontong) sayur yang sangat enak. Kamu mau pesan apa? ML dengan Rendang atau Ati Ampela?Semuanya maknyuossss…kamu pasti suka.” *wink*


***



Jumat, 05 Desember 2014

Penunggu

escape_route_by_vamptasticalsaj-d49zpqo.jpg (730×1095)
.
.
Aku menyiapkan dua sendok kopi ke dalam sebuah cangkir. Entah mengapa malam ini aku ingin menikmati secangkir kopi yang pekat. Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan, mungkin menyeruput kopi hitam dapat membuatku sedikit bersemangat.

Secangkir kopi sudah berdiri dengan anggun di samping laptopku. Aku berjalan menuju pintu teras belakang, lalu kubuka lebar-lebar. Hawa dingin menyusup ke pori-pori kulitku. Kuhirup udara segar dalam-dalam. Wangi tanah basah sehabis hujan memenuhi penciumanku.

Tiba-tiba bulu kudukku meremang. Mungkin karena efek udara dingin membuat kulit-kulit tanganku merinding. Perasaanku sempat tidak enak, tapi segera kutepiskan pikiran-pikiran negatif. Sial … kenapa aku harus sendirian malam ini.

Aku mulai bekerja di depan laptop. Sangat serius ditemani sepi dan lelah. Tak peduli waktu sudah menjelang pagi. Bekerja ditemani sepi…konsentrasi walau lelah…grafik dan angka-angka…konsentrasi…

Aku terbangun. Kutegakkan badanku, kemudian menyeruput kopi yang sudah dingin sampai habis. Di hadapanku sudah duduk seorang laki-laki bermuka pucat. Aku ingin menjerit. Tapi mulutku seperti terkunci. Sesaat aku dan laki-laki itu saling berpandangan. Dia menatapku tajam lalu menyeringai. Aku bisa merasakan kulit tanganku merinding menjalar hingga tengkuk.

Angin rupanya membanting pintu teras belakang dengan keras. Aku kaget dan terbangun. Hujan deras sekali. Petir menyambar-nyambar. Tidak ada siapapun di depanku. Apakah aku tadi bermimpi? Bertatapan dengan laki-laki yang duduk di depanku sambil menyeringai. Jantungku berdegub kencang. Baiklah…karena kelelahan membuatku mimpi aneh. Kulirik cangkir kopiku, sudah kosong.

Aku berdiri lalu bergerak menutup pintu. Perlahan kututup pintu teras belakang dan menguncinya. Entah mengapa tanganku bergerak membuka sedikit tirainya untuk melihat keadaan di luar. Laki-laki tadi sudah berdiri berhadap-hadapan denganku. Aku dan dia hanya dipisahkan sebuah pintu kaca. Tiba-tiba bulu kudukku kembali merinding. Aku mengucek mataku. Tidak ada siapa-siapa di teras belakang. Laki-laki itu sekarang berdiri di samping kiriku……..


***

song by Wonder Gel ~ I Miss U


Sabtu, 08 Maret 2014

Puisi untuk Ginger dari Bunny



**


“Kamu tau ginger kan?”

“Jahe?”

“Yup, jahe…”

“Ada apa dengan jahe? Kamu pengen bikin kue? Ginger cookies? Seperti yang selalu dibawa Lima Sekawan untuk bekal mereka berpetualang?”

Mayla meletakkan jari telunjuk kanannya pada bibir Don, nama laki-laki itu. Mayla tersenyum, senyum itu mampu membuat hati Don berdegub –dag-dig-dug.

“Aku ingin kamu menjadi Ginger-ku, Don. Mau ya? Mau dong…”

“Eh…iya. Tapi maksudnya apa? Kok aku ngak ngerti? Jadi Ginger?”

“Kenapa ngak ngerti?”

“Iya…disuruh jadi Ginger kamu? Power Ginger kali ya? Ha-ha-ha-ha,” Don tertawa sambil membayangkan dirinya adalah salah satu anggota Power Ranger.

“Iya Don, itu panggilan sayangku buat kamu ya. Mulai saat ini aku akan panggil kamu Ginger. Kalo aku panggil nengok ya Don, eh…my Ginger,” Mayla tersenyum semanis gulali yang bertebaran di pasar malam.

Okay lah…kalo itu maumu, May.”

“Kalo kamu? Apa panggilan sayang kamu untukku ?”

Sejenak Don gelagapan –tidak siap menerima permintaan akan sebuah nama special untuk Mayla.

“Apa ya?” Don berpikir sejenak. “Bagaimana kalo Bunny –kelinci …?”

“Kelinci, Don?” Tatapan mata Mayla langsung menyelidik. “Kok perasaanku ngak enak ya? Bunny identik dengan majalah pria dewasa itu kan? Hemmm…”

“Ya enggak lah, May. Bunny atau kelinci kan lutju. Loncat ke sana, loncat ke sini. Kek kamu May, ngak bisa diem.”

Okay my Ginger.”

“Baiklah Bun –bunny.”

“Oh iya, Ginger sayang…kamu dengerin ya, tadi iseng-iseng corat coret eh jadi deh puisi. Aku mau bacain sekarang, nanti kamu bilang, suka apa ngak?”

“Ha-ha-ha-ha. Dasar kamu ini Bun, selalu kasih kejutan. Padahal semalem ngak mimpi apa-apa lho, tapi hari ini ada yang bikinin aku puisi.”

Kali ini Mayla menempelkan jari telunjuk kanannya pada bibirnya sendiri. Memberi isyarat pada Don supaya diam dan menyimak.

**

Ginger
aku ingin menghabiskan waktu bersamamu
mari kita membongkar langit malam
sambil bermain dan mengumpulkan bintang
aku hanya punya sepasang sayap
pemberian peri bulan

pakailah…
peluklah aku hingga kita mengangkasa
berdua, bersenda gurau riang gembira
seperti anak kecil yang menemukan dunianya
percikan bahagia pun seperti kembang api di angkasa
flare…flare…flare
tar…tar…tar


Ginger…
hati-hati, jangan kau lepaskan pelukanmu
nanti aku terjatuh lalu hancur berkeping-keping
aku tidak ingin angsa angsa di bawah sana terluka
mungkin kita harus perlahan melayang
menuju ke tempat para pecinta
berjingkat mengelabui angin yang cemburu
Ginger, karena aku…

**


Mayla tidak meneruskan membaca puisinya – dia hanya tersenyum.

“Kok udah…?”

“Iya udah.”

Bunny…terima kasih ya. Aku sukaaaa.”

“Okay, Ginger…aku pamit dulu ya. Ngantuk banget…”

“Baiklah Bun…tapi ada satu pertanyaan. Tolong ya dijawab, sebelum kamu terbang ke alam mimpi.”

“Apa?”

“Aku masih ngak ngerti kenapa kamu panggil aku Ginger, bukan dear, darling, beib…etc.”

Ginger itu hangat. Dan kehangatannya telah meresap dan menyusup dalam setiap rongga hatiku,” Mayla tersenyum. “Okay…Bye Ginger, sampai ketemu besok.”

Mayla lalu mematikan laptopnya –klik .




___________________________

Google image

Cantik Sih, Tapi Gengsian




Ada cewek cantik, namanya Nina umur masih 19th, tinggi semampai 170cm dengan berat badan ideal. Rambut ikal sebahu dan kulit kuning langsat bak porselen China.

Yang jelas Nina banyak fans, dari tukang somay sampe tukang ojeg semua suka kasih gratisan. Saking cantik dan disukai banyak orang, Nina selalu mendapat kemudahan.

Tapi Nina ini gengsian, paling anti kenalan, menegur atau nelpon cowok duluan. Sorry jek, katanya. Gengsi dong, masak cewek mulai duluan.

Pernah suatu ketika, saat Nina sedang berada di swalayan, ada seorang cowok ganteng yang rupanya ngincer Nina sedari pintu masuk. Biasalah anak muda, pengen ngajakin kenalan kayaknya.  Sadar diperhatiin terus sama seseorang semakin jumawalah si Nina. Otomatis dia pun mengangkat dagunya dan memicingkan mata.

Saat itu Nina sedang bersama sahabatnya Yuke.

“Nin, cowok Nin…hastagah cakepnyah,” Yuke mulai senggol-senggol bahu Nina bin hysteria dan seperti orang yang kehabisan nafas –terengah engah.

“Santai aja deh ya, ngak usah gitu-gitu banget. Kita jangan keliatan kek cewek-cewek murce dong, baru juga cowok kek gitu,” Kadar gengsi Nina mulai meninggi hingga ambang batas siaga satu.

Eh beneran, tuh cowok begitu ngeliat dua cewek incerannya salah tingkah, langsung aja mepet sambil berdehem dehem ngak jelas.

“Ada strepsil?” katanya pulak. Wohh…ya jelas dicuekin sama Nina. Sementara Yuke memandang cowok itu dengan tatapan menghiba –minta pengertian.

Itu cowok cakep sih, tampangnya kayak mas Nunu –Keanu Reeves gitu deh. Tapi penampakan cowok super ganteng itu ngak mengurangi kadar gengsi si Nina. Dan Nina semakin bertambah arogan.

Merasa ngak direspon cowok ganteng tadi beringsut-ingsut sambil ngesot pergi ninggalin Nina dan Yuke. Betapa perihnya Yuke melihat kenyataan ini. Impian memperoleh kenalan seganteng mas Nunu pupus sudah. Padahal mereka berdua ini jomblo.

Kejadian kedua, saat nunggu taksi. Nina dan Yuke setelah selesai belanja memutuskan langsung pulang. Dan sudah hampir sejam berdiri di halte belum juga ada taksi yang berhenti. Kenapa coba? 

Ya  iyalah…karena Nina melarang Yuke melambai-lambaikan tangannya manggil taksi yang lewat. Padahal beberapa kali taksi-taksi yang lewat lampunya menyala –menandakan bahwa taksi dalam keadaan kosong.

“Nin…kita kapan sampenya ke rumah. Itu taksi daritadi banyak yang kosong!”

“Biarin aja lagi. Sekarang yang butuh siapa?”

Widih…Yuke gemes liat tingkah sahabatnya ini. Begitu ada taksi lewat langsung aja di stop dan Yuke langsung mendorong tubuh Nina masuk ke taksi, tutup pintunya dan kunci.

Akhirnya mereka sampe di rumah Nina. Kedua orang tua Nina lagi pergi ke luar kota, jadi malam ini Yuke menemani sahabatnya itu. Malam itu mereka habiskan berdua sambil menonton tv dan ngerumpies. Ngak terasa waktu sudah lewat tengah malam. Tiba-tiba terdengar bunyi mencurigakan dari pintu depan.

Rupanya rumah Nina disatronin pencuri. Yuke langsung spontan mematikan tv dan mereka langsung kabur masuk ke dalam kamar. Mereka berdua benar-benar sangat ketakutan.

“Nin…buruan telpon polisi.”

“Oke,” Nina pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi kantor polisi terdekat.

(((tut…tut…tut…)))

“Ya…halo. Polsek Cilandak,” terdengar suara di ujung telepon.

Tiba-tiba Nina mematikan telponnya. Yuke langsung melotot.

“Kenapa Nin? Kok ngak jadi ngomong?”

“Wah sorry ya…tadi yang angkat telpon polisinya cowok deh keknya. Masak gue yang nelpon duluan sih?” 


Yuke –pingsan di tempat.




***

Minggu, 23 Februari 2014

Cerita Lalu





((( ringer )))*miss call

Mia melirik ponsel-nya. Dharma. Laki-laki itu kembali menelpon-nya. Diraihnya gadget itu lalu dipandanginya terus.

((( ringer )))*miss call

Satu menit...

((( ringer )))*miss call

Satu menit...

((( ringer )))*miss call 10 X.

Entahlah. Mia tidak tahu apakah harus menerima panggilan telepon Dharma atau tidak. Sekitar 10 tahun lalu hubungan mereka harus putus karena orang ke 3. Mia tidak menyalahkan Sita. Kenapa cinta Dharma akhirnya beralih pada Sita. Sahabat dekatnya sendiri. Mia mengikhlaskan Dharma untuk menjadi kekasih Sita. Mia saat itu cuma berpikir cinta tidak dapat dipaksa. Dan akhirnya Mia mengalah.

Walaupun Mia tidak dapat melupakan Dharma, first love-nya. Itu mungkin yang membuat Mia tidak punya pacar sampai saat ini. Bertahun-tahun Mia berpikir keras mengapa Dharma meninggalkannya begitu saja tanpa alasan.

((( Klik )))*notifikasi sms

‘Mia, kenapa kamu tidak mau menemuiku. Let us to meet up.’

Bingung. Mia kebingungan sendiri. Seminggu yang lalu mereka dipertemukan kembali dalam sebuah reuni. Dharma mencarinya. Kenapa? Bukankah Sita juga hadir? Mia melihat mereka ngobrol sepintas saja. Berat buat Mia bergabung menghampiri Dharma dan Sita. Perasaan terluka saat itu masih Mia rasakan sampai kini.

” Apa khabar Mia?” Jleb. Jantung Mia serasa berhenti. Dharma sudah berdiri di depan matanya. Tersenyum. Mengoda. Tambah keren aja nih orang. Sial…….

” Baik. Kalo kamu?” Pertanyaan balasan yang standar. Penuh basa basi. Mia tersenyum kecut. Perasaannya tidak karuan. Cinta dan benci melumat lumat hatinya. ‘Cinta? Please deh Mia, dia udah ninggalin kamu.’ Mia berkata pada diri sendiri.



***

Semenjak mereka bertemu kembali di reuni, Dharma mulai sering menghubungi Mia. Pada suatu hari, dalam sebuah percakapan melalui telepon…..

” Apa khabarnya Reggie ya?” Dharma bertanya di ujung telepon. Reggie? Kenapa Dharma menanyakan laki-laki itu. Reggie yang dulu sering menjemput Mia di sekolah.

” Kamu nanyain Reggie ?” Mia bertanya pada mantan kekasihnya itu. ” Reggie ada di rumahnya.”

” Ooh Jadi kamu masih berhubungan sama dia?” Suara Dharma meninggi.

” Ya masihlah. Kenapa kamu menanyakan hal ini?” Mia merasa aneh. Kenapa Dharma bersikap seolah olah cemburu pada Reggie.

” Selamat ya, ternyata kalian memang berjodoh.” Suara Dharma tersendat. Mia bertambah bingung dan tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Dharma.
” Sampai ketemu lagi Mia.” Dharma mengakhiri pembicaraan.

Keesokan harinya Dharma kembali menelepon Mia…..

” Mia, apa Reggie sekarang masih sering menghubungimu? Lebih sering mana Reggie apa aku yang telepon? Atau sering ketemu juga?”

” Yah, mayan juga. Kadang telepon kalo ada perlu atau ke rumah bersama mama-nya.” Kata Mia santai

” Ooh, mama kalian juga sudah saling kenal ya?” Dharma bertanya penuh selidik. Mia bengong. Pertanyaan yang aneh, pikir Mia.

” Ya iyalah, Dharma. Mama Reggie itu kakaknya mama aku. Gimana sih?”

” Apa? Ternyata kalian bersaudara? Aku pikir kamu dan Reggie...” Dharma tidak meneruskan kata katanya. Ternyata selama hampir 10 tahun, Dharma berpikir Mia dan Reggie dulu pacaran. Ternyata mereka bersaudara.
” Mia...kita harus ketemu. Aku masih sayang sama kamu.”

Jadi? Selama ini Dharma menganggap Mia dan Reggie jadian. Lalu Dharma mendekati Sita untuk membuat Mia cemburu. Sebuah kesalahpahaman yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dan sanggup membuat Mia menderita kegalauan selama hampir 10 tahun. Ternyata komunikasi itu penting ya??

((( Ringer )))...Dharma kembali menelepon. Mia hanya melirik ponselnya. Dharma pasti ingin bertemu lagi sekarang.

‘Ketemuan nggak ya?’



____________________

Rabu, 05 Februari 2014

[ Serial Bu RT ] Diduga Selingkuh





Paijo tukang sayur keliling kembali berdagang setelah selama seminggu ini absen berjualan sayur. Otomatis Paijo pun  langsung diserbu ibu ibu yang ingin berbelanja di kampung Ceria. Maklum Paijo satu satunya tukang sayur keliling. Karena kampung Ceria letaknya terpencil.

Adalah seseorang bernama bu Gito, dia ini tetangga bu RT. Pagi pagi bu Gito dengan semangat membara mengabarkan kedatangan Paijo kepada tetangga sebelah rumahnya yang tak lain adalah bu RT.

“Bu RT...bu RT...Paijo udah jualan, tuh,” bu Gito berteriak di depan pagar rumah bu RT.

Mendadak sontak, bu RT yang lagi menyiapkan nasi goreng buat sarapan pak RT langsung menghambur ke luar rumah. Saking senangnya sampai menabrak kursi ruang tamu.

(((Gedubraakkks)))

"Wadaoww!” bu RT meringis menahan sakit.

“Waduh...yang benar jeng? beneran Paijo udah jualan lagi?” kata bu RT tidak percaya.

“Iya bu RT, suer terkewer kewer, saya gak boong. Buruan bu, kalo mau belanja keburu dagangannya abis maklum tadi Paijo sampai kewalahan dikeroyok ibu ibu perumahan sini,” kata bu Gito sambil meniup-niup kuku.

“Ok deh, saya capcus ke sana,” kata bu RT sambil masuk ke dalam rumah, ambil dompet.

Tapi ah, bu RT mengurungkan niatnya menemui Paijo karena suaminya belum berangkat kerja. Repot urusannya kalo ditinggal menemui Paijo, bisa bisa pake kaos kaki beda warna. Akhirnya bu RT berinisiatif meng-sms Paijo. Tapi duh...gada pulsa. Ya sudah, bu RT akhirnya pasrah.

“Bu...berangkat dulu ya,” kata pak RT pada isterinya.

“Oh..eh..iya pak, tolong kalo ketemu Paijo suruh mampir ya pak, biasanya kalo masih pagi gini dia mangkal di ujung jalan,” kata bu RT dengan gugup karena kesannya memerintah dan nyuruh-nyuruh suaminya.

Pak RT adalah tipe suami yang kuno, isteri dilarang nyuruh nyuruh suami, segala sesuatu keperluan pak RT harus disiapkan sendiri oleh bu RT. Memandikan saja yang tidak. Mungkin kalo isterinya pergi selama dua hari pak RT bakal tidak terurus di rumah.

“Ya sudahlah...nanti saya cari Paijo, seperti orang penting aja si Paijo itu,” kata pak RT setengah gusar. Bu RT hanya membatin -pak...pak... jadi orang kok pemarah ya?

Akhirnya pak RT menemukan Paijo yang sedang berjualan dan dikerubungi ibu ibu kampung Ceria.

“Paijo...sini kamu,” kata pak RT dengan arogan.

Paijo pun dengan tergopoh gopoh menghampiri pak RT. Paijo deg-deg-an karena menurut bu RT suaminya itu galak dan pemarah.

“Iya ada apa Boss...” kata Paijo pucat.

“Kamu nanti jangan lupa mampir ke rumah saya ya, bu RT mau belanja,” kata pak RT sambil mengelus elus kumisnya yang lebat seperti pak Raden.

“Ok Boss, nanti saya sempatkan sms bu RT, uupppss...” Paijo pun keceplosan.

“Apaaa? kamu sms-an sama isteri sayaaa!” pak RT berteriak dan disambut tatapan mata dan mulut melongo ibu ibu yang sedang belanja.

Pak RT cemburu, dia tidak terima Paijo sms-an dengan isterinya. Kemudian terdengar suara orang dipukuli...

(((Bak..Buk..Bak..Buk)))

Paijo dipukuli sama pak RT. Mijo si hansip kepala keamanan kampung Ceria pun datang tergopoh gopoh.

“Aduh...sabar, pak RT...sabar. Kenapa Paijo digebukin sih?” kata Mijo hati hati takut pak RT tambah marah.

“Ini harus diselesaikan, tidak bisa dibiarkan,” kata pak RT bersunggut sunggut.

Akhirnya digelar rapat dadakan di Balai Desa -Kampung Ceria untuk menyelesaikan masalah antara pak RT, Paijo dan bu RT. Pak RT mulai menginterogasi bu RT.

“Bu, jadi selama ini kamu sudah sering sms-an sama Paijo?” kata pak RT dengan mimik muka serius.

“Iya pak...” bu RT menunduk ketakutan.

“Saya tidak menyangka…benar benar tidak habis pikir, kamu ternyata berselingkuh di belakang saya dengan Paijo,” kata pak RT dengan geram sambil menggebrak meja.

“Hah...siapa yang selingkuh?” kata bu RT dan Paijo bersamaan lalu mereka saling tos.

“Lah...lalu, ngapain sms sms-an segala?” kata pak RT sambil melotot.

“Pak RT...saya dan isteri bapak tidak selingkuh, tapi isteri bapak dan sebagian besar ibu ibu di sini bila tidak sempat belanja ke tempat saya mangkal pasti sms untuk memesan belanjaan,” kata Paijo serius.

“Iya pak, Paijo itu sedang menjalankan bisnis 'order by phone' ," kata bu RT menambahkan.

“Betul pak RT..., ini adalah usaha saya untuk meningkatkan penjualan,” kata Paijo lagi.

Muka pak RT merah padam. Ternyata dia salah sangka.

“Abis, ibu sih ngak pernah sms-an sama saya, malah sms-an sama Paijo,” kata pak RT sambil mencubit pinggang isterinya.

Akhirnya mereka pun berdamai setelah semuanya menjadi jelas. Dan pak RT minta maaf sama Paijo karena telah membuat mata tukang sayur itu biru lebam.




______________


also published : Kompasiana