Kamis, 07 November 2013

Alkisah Ratu Dodot



Alkisah ada sebuah kerajaan bernama Babat Bubrah yang dipimpin oleh Prabu Peyeum dan permaisurinya Ratu Dodot yang terkenal legit. Disamping kelegitannya sang Ratu juga renyah, tapi bukannya tidak mungkin sesekali menjadi sengit dan sangit. Cerita ini berawal ketika Prabu Peyeum harus meninggalkan kerajaannya untuk menyelesaikan masalah kenegaraan melawan kerajaan tetangga yang terkenal sangat ngeyelan. Saking ngeyelnyasang Prabu merasa perlu untuk menyelesaikan sengketa antara kedua kerajaan yang bertikai secara face to face dengan kerajaan tetangga itu. Baiklah mari kita simak pengalaman Prabu Peyeum menuju ke kerajaan tetangga…


Kerajaan Tetangga a.k.a Alengka Sundil

Ternyata kerajaan Alengka Sundil dipimpin oleh seorang Ratu bernama Nimas Sundil. Prabu Peyeum rupanya tidak mengetahui hal ini. Dia pun terhenyak hingga langit ke tujuh. Dalam hatinya sang Prabu hanya bisa membatin –pantes ngeyelan lha wong wadon sing mimpin –

Akhirnya terjadilah pertemuan antara Prabu Peyeum dan Nimas Sundil. Dengan berdiri berkacak pinggang sang Prabu menunggu kehadiran Nimas Sundil untuk duduk di kursi singgasananya. Sesaat sebelum kehadirannya tercium aroma kembang kantil yang menyayat hidung. Aroma mistis pun langsung menebar ke seluruh ruangan. Sesaat sang Prabu mulai terlihat sesak seperti nyamuk yang mabuk baygon bakar.

Kemudian muncullah Nimas Sundil…dengan diiringi tarian yang dibawakan para dayang-dayang  untuk menyambut kehadirannya. Bisa dibayangkan betapa rempong dan ribetnya. Namun apa yang terjadi? Prabu Peyeum terkesima sodara. Ratu Nimas Sundil menyeruak diantara para dayang-dayang yang sedang menari dan tanpa basa basi langsung menghadapi sang Prabu dan bertatap muka secara face to face.

Mereka lalu berhadap-hadapan. Prabu Peyeum masih tidak bergeming melihat kecantikan Nimas Sundil yang tidak kalah dengan permaisurinya sendiri yaitu Ratu Dodot yang selegit dodol. Dengan mengangkat sedikit dagunya Nimas justru kelihatan sangat seksi dengan leher jenjang yang menantang setiap drakula yang haus darah. Tidak terkecuali Prabu Peyeum apalagi kabarnya ia masih keturunan Don Juan.

"Blankkkkk"

Tiba-tiba Prabu Peyeum tidak ingat lagi apa tujuannya pergi ke kerajaan Alengka Sundil. Otaknya justru bekerja bagaimana caranya dia bisa mendapatkan Nimas Sundil. Melihat Prabu Peyeum terkesima, tidak disia-siakan oleh Nimas Sundil. Wanita itupun langsung melancarkan ‘ajian maut pemikat ragawi’. Emang dasarnya Nimas Sundil juga masih keturunan Lolita, kedatangan Prabu Peyeum justru merupakan tantangan baginya. Bisa dijadikan studi banding, pikirnya.


Ajian Maut Pemikat Ragawi Pun Dilancarkan

Menghadapi Raja seperti Prabu Peyeum bukan masalah bagi wanita sekelas Nimas Sundil. Setelah mempersilahkan sang Prabu duduk di kursi kehormatan, Nimas pun menduduki singasananya. Prabu Peyeum tetap tidak bergeming sedikitpun melihat Nimas Sundil. Seakan-akan tidak mau melewatkan sedikitpun gerak gerik dari wanita itu.

Nimas tersenyum, di atas singasana yang dipenuhi kembang kantil dan wanita itu lalu menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Kain yang dikenakannya pun tersingkap, terlihat sepasang paha mulus yang seakan-akan melambaikan tangan pada kedua mata Prabu Peyeum. Sang Prabu semakin seperti ‘serigala yang kelaparan’, dengan liur yang menetes menyaksikan pemandangan yang tidak ia sangka-sangka. Pembicaraan pun dimulai. Sang Prabu yang pada awalnya ingin menyelesaikan sengketa tentang wilayah kerajaannya yang dicaplok oleh kerajaan Alengka Sundil perlahan lupa apa yang harus dia katakan. Prabu Peyeum malah mengatakan niatnya ingin memperistri Nimas Sundil. Nah loh…!!

Namun tidak semudah itu memperistri Nimas Sundil. Keinginan Prabu Peyeum lalu ditolaknya mentah-mentah. Alasannya karena Nimas ingin memimpin sendiri kerajaanya dan tidak mau diboyong ke kerajaan Babat Bubrah. Tapi Nimas menawarkan kepada Prabu Peyeum untuk menemaninya memimpin kerajaan Alengka Sundil dan meninggalkan Kerajaan Babat Bubrah. Hal ini tentu saja membuat Prabu Peyeum bingung. Pertama misinya gagal, kedua dirinya terpikat oleh pesona Nimas Sundil dan ketiga dia harus meninggalkan permaisuri legitnya Ratu Dodot. Tapi nafsu rupanya sudah mengerogoti benak sang Prabu. Hatinya pun rupanya sudah terpenjara dalam diri Nimas Sundil. 

Sebagai seorang raja dia harus rela melepaskan gelarnya bila menjadi suami Nimas Sundil. Sesaat kemudian sang Prabu kembali dihadapkan pada pemandangan sepasang kaki jenjang yang bersinar. Tanpa ditanya untuk yang kedua kalinya Prabu Peyeum langsung mengangguk seperti terhipnotis. Hilang sudah bayang-bayang Ratu Dodot yang selegit dodol. ‘Ajian maut pemikat ragawi’ berhasil dilancarkan Nimas Sundil.


Di kerajaan Babat Bubrah

Hampir setiap malam Ratu Dodot menunggu kedatangan Prabu Peyeum. Sudah 7 purnama Prabu Peyeum tidak kunjung datang. Ini menimbulkan kecemasan pada diri Ratu Dodot. Dirinya bertanya-tanya apakah yang terjadi dengan sang Prabu. Apakah Prabu Peyeum tewas dalam peperangan melawan kerajaan Alengka Sundil? Ratu Dodot kemudian berusaha mencari tahu.Ratu Dodot kemudian mengadakan rapat dengan para pejabat istana. Karena keinginan yang kuat, Ratu Dodot bertekad mencari sendiri keberadaan Prabu Peyeum hidup atau mati. Dirinya pun nekad pergi ke kerajaan Alengka Sundil untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan Prabu Peyeum. Dengan diantar penasehat kerajaan, Ratu Dodot mengendarai kuda terbang. Ia kemudian meninggalkan Babat Bubrah menuju Alengka Sundil.


Ratu Dodot Menyamar Sebagai Dayang di Alengka Sundil

Menjadi dayang di kerajaan Alengka Sundil tidaklah semudah yang dibayangkan. Ratu Dodot harus menjalani fit and proper test. Untungnya Ratu Dodot juga punya pengetahuan tentang perawatan kecantikan dari warisan leluhur, sehingga tidak susah buatnya sedikit membocorkan rahasia perawatan tubuhnya. Mulai dari manicure pedicure hingga menciptakan jamu pelangsing dan aneka lulur mandi. Melihat hal ini tentu saja Nimas Sundil sangat senang, lalu Ratu Dodot pun tanpa kesulitan mulai menyelidiki apa yang telah menjadi misinya, yaitu mencari Prabu Peyeum.

Alangkah terkejutnya Ratu Dodot, dirinya mendapati Prabu Peyeum ternyata sedang tidur di pembaringan milik Nimas Sundil. Dan yang lebih mengejutkan lagi , Ratu Dodot mendengar dari bisik-bisik para rekan sejawatnya yaitu para dayang-dayang bahwa Prabu Peyeum adalah suami baru Nimas Sundil. Darah Ratu Dodot langsung mendidih, bukan saja wilayah kerajaan Babat Bubrah yang dicaplok tapi Prabu Peyeum pun kena caplok. Tapi Ratu Dodot tidak ingin mati konyol di kerajaan Alengka Sundil. Ratu Dodot mulai memasang strategi merebut kembali Prabu Peyeum dari pelukan Nimas Sundil.


Stategi Ratu Dodot Menyadarkan Prabu Peyeum dari Pengaruh Ajian Nimas Sundil

Pada suatu hari Ratu Dodot mendapat giliran bertugas menyiapkan air mandi untuk Nimas Sundil yang terdiri dari kembang 7 rupa. Hal ini tidak disia-siakan oleh Ratu Dodot, karena kemungkinan besar ia akan bisa bertemu dengan Prabu Peyeum. Ternyata benar, pada saat Ratu Dodot akan menyiapkan keperluan mandi Nimas Sundil dirinya tanpa sengaja bertemu dengan Prabu Peyeum. Tapi yang lebih mengherankan lagi Prabu Peyeum seperti tidak mengenali Ratu Dodot. Wanita itu tidak kehilangan akal, ia lalu menebarkan wewangian khas dirinya ke seluruh ruangan. Sesaat Prabu Peyeum tersentak, sambil menghirup nafas dalam-dalam dia seakan mengingat aroma yang menyesaki penciumannya.

“Aku mengenali wewangian ini, aroma kembang 7 rupa bercampur sedikit rasa manis dodol…Ratu Dodot, kaukah itu?”

“Kakang Prabu ini aku, permaisurimu…” Prabu Peyeum langsung berlari menghampiri Ratu Dodot –dengan gerakan slow motion – lalu memeluknya. Rupanya ‘ajian maut pemikat ragawi’ luntur oleh cinta murni yang kembali dihadirkan dari aroma tubuh asli Ratu Dodot yang bercampur kembang 7 rupa dengan sedikit aroma manis dodol.

"Brakkkkkkk"

Nimas Sundil dengan mata nyalang melihat kejadian tersebut. Lalu dia pun dengan kekuasaannya memerintahkan para prajurit kerajaan Alengka Sundil untuk menjebloskan Ratu Dodot ke dalam penjara. Kemudian cepat-cepat mengganti aroma kembang 7 rupa dengan aroma mistis kembang kantil.

Ratu Dodot akhirnya mendekam dalam penjara di Alengka Sundil setelah identitasnya terbongkar. Permaisuri Prabu Peyeum itu tidak bisa berbuat banyak. Nimas Sundil lalu memerintahkan para pejabat istana Alengka Sundil dan para prajuritnya untuk membumi hanguskan kerajaan Babat Bubrah secepatnya.

*Ending dari cerita ini saya serahkan kepada pembaca, heuheu…*


____________________

also published : KOMPASIANA

Tidak ada komentar: