Sabtu, 08 Maret 2014

Puisi untuk Ginger dari Bunny



**


“Kamu tau ginger kan?”

“Jahe?”

“Yup, jahe…”

“Ada apa dengan jahe? Kamu pengen bikin kue? Ginger cookies? Seperti yang selalu dibawa Lima Sekawan untuk bekal mereka berpetualang?”

Mayla meletakkan jari telunjuk kanannya pada bibir Don, nama laki-laki itu. Mayla tersenyum, senyum itu mampu membuat hati Don berdegub –dag-dig-dug.

“Aku ingin kamu menjadi Ginger-ku, Don. Mau ya? Mau dong…”

“Eh…iya. Tapi maksudnya apa? Kok aku ngak ngerti? Jadi Ginger?”

“Kenapa ngak ngerti?”

“Iya…disuruh jadi Ginger kamu? Power Ginger kali ya? Ha-ha-ha-ha,” Don tertawa sambil membayangkan dirinya adalah salah satu anggota Power Ranger.

“Iya Don, itu panggilan sayangku buat kamu ya. Mulai saat ini aku akan panggil kamu Ginger. Kalo aku panggil nengok ya Don, eh…my Ginger,” Mayla tersenyum semanis gulali yang bertebaran di pasar malam.

Okay lah…kalo itu maumu, May.”

“Kalo kamu? Apa panggilan sayang kamu untukku ?”

Sejenak Don gelagapan –tidak siap menerima permintaan akan sebuah nama special untuk Mayla.

“Apa ya?” Don berpikir sejenak. “Bagaimana kalo Bunny –kelinci …?”

“Kelinci, Don?” Tatapan mata Mayla langsung menyelidik. “Kok perasaanku ngak enak ya? Bunny identik dengan majalah pria dewasa itu kan? Hemmm…”

“Ya enggak lah, May. Bunny atau kelinci kan lutju. Loncat ke sana, loncat ke sini. Kek kamu May, ngak bisa diem.”

Okay my Ginger.”

“Baiklah Bun –bunny.”

“Oh iya, Ginger sayang…kamu dengerin ya, tadi iseng-iseng corat coret eh jadi deh puisi. Aku mau bacain sekarang, nanti kamu bilang, suka apa ngak?”

“Ha-ha-ha-ha. Dasar kamu ini Bun, selalu kasih kejutan. Padahal semalem ngak mimpi apa-apa lho, tapi hari ini ada yang bikinin aku puisi.”

Kali ini Mayla menempelkan jari telunjuk kanannya pada bibirnya sendiri. Memberi isyarat pada Don supaya diam dan menyimak.

**

Ginger
aku ingin menghabiskan waktu bersamamu
mari kita membongkar langit malam
sambil bermain dan mengumpulkan bintang
aku hanya punya sepasang sayap
pemberian peri bulan

pakailah…
peluklah aku hingga kita mengangkasa
berdua, bersenda gurau riang gembira
seperti anak kecil yang menemukan dunianya
percikan bahagia pun seperti kembang api di angkasa
flare…flare…flare
tar…tar…tar


Ginger…
hati-hati, jangan kau lepaskan pelukanmu
nanti aku terjatuh lalu hancur berkeping-keping
aku tidak ingin angsa angsa di bawah sana terluka
mungkin kita harus perlahan melayang
menuju ke tempat para pecinta
berjingkat mengelabui angin yang cemburu
Ginger, karena aku…

**


Mayla tidak meneruskan membaca puisinya – dia hanya tersenyum.

“Kok udah…?”

“Iya udah.”

Bunny…terima kasih ya. Aku sukaaaa.”

“Okay, Ginger…aku pamit dulu ya. Ngantuk banget…”

“Baiklah Bun…tapi ada satu pertanyaan. Tolong ya dijawab, sebelum kamu terbang ke alam mimpi.”

“Apa?”

“Aku masih ngak ngerti kenapa kamu panggil aku Ginger, bukan dear, darling, beib…etc.”

Ginger itu hangat. Dan kehangatannya telah meresap dan menyusup dalam setiap rongga hatiku,” Mayla tersenyum. “Okay…Bye Ginger, sampai ketemu besok.”

Mayla lalu mematikan laptopnya –klik .




___________________________

Google image

Tidak ada komentar: