Minggu, 08 Januari 2012

Cinta Monyet



Pada suatu pagi di SMP “Kicau"...

Brakkkk……Setumpuk buku berserakan di bawah kaki Ratna.
“Liat-liat dong kalo jalan, main tabrak aja,” ujar Ratna sambil cemberut.
“Maaf…gak sengaja,” terdengar suara gugup anak laki laki yang berdiri di depannya.
Ratna mengangkat wajah menatap anak laki laki itu. Dia berdiri dengan wajah pucat disertai mulut menganga berikut kacamata setebal alas botol menghiasi wajahnya yang culun. Seketika Ratna merasa kasihan, pantas saja jalannya nabrak-nabrak kata Ratna dalam hati.
“Ya sudah gak apa apa, ngomong-ngomong  kamu anak baru ya?” kata Ratna lagi.
“Iya, saya baru pindah ke sekolah ini kemarin,” anak laki laki culun itu berkata sedikit lega karena anak perempuan yang ditabraknya ngak jadi marah.
Semenjak perkenalan yang tidak sengaja itu mereka akhirnya bersahabat. Ke mana-mana selalu berdua. Ratna selalu melindungi Galih dari gangguan Boy cs kelompok anak anak badung. Galih aman bersama Ratna di sekolah barunya SMP “Kicau” sekolah yang berada di komplek perumahan di mana mereka tinggal. Galih pun baru pindah ke perumahan ini mengikuti kepindahan orang tuanya dari kota lain.



Pada suatu hari sepulang sekolah….
“Ratna…aku punya sepeda baru, mau kan nanti kita jalan jalan keliling perumahan ini?” tanya Galih penuh harap.
“Oke Galih….agak sorean ya, karena aku harus tidur siang,” jawab Ratna sambil melempar senyum.
Merekapun berjalan bergandengan tangan sambil tertawa riang dan berlari lari kecil lalu menghilang di sudut jalan.
***


Sore yang cerah….

Galih dan Ratna mengayuh sepeda mereka sambil berkejar-kejaran, saling menyusul diiringi gerai tawa dan celoteh riang. Tiba tiba Ratna melihat sepasang kupu-kupu yang sangat indah berkejar-kejaran. Ratna tertarik. Karena Ratna seorang kolektor kupu-kupu cantik.
“Galiiihh….lihatlah sepasang kupu kupu itu, aku ingin menangkapnya,” pekik Ratna.
Dan Ratna pun seketika meletakkan sepedanya di pinggir jalan begitu saja dan berlari menuju taman di mana sepasang kupu-kupu tadi terbang berkejar-kejaran.
“Ratnaaa….tunggu,” Galih berseru dan berlari menyusul Ratna.
Ratna  menghilang dari pandangan mata di antara bunga-bunga beraneka warna yang tumbuh menghiasi taman itu. Kupu-kupu indah tadi tidak terkejar, dengan nafas terengah-engah Ratna kembali menghampiri Galih.
“Yahh…kupu-kupunya terbang jauh,” ada kekecewaan diraut wajah Ratna.
“Ini buat kamu….Ratna,” Galih memetik setangkai bunga yang tumbuh liar di taman itu.
“Makasih…,” Ratna pun terhibur. Galih lalu menyematkan bunga itu di telinga kanan Ratna.
Mereka berdua duduk di hamparan rumput taman, sambil mengagumi keindahan bunga-bunga beraneka warna. Tak terasa hari sudah di penghujung senja, langit pun berubah menjadi orange dan bersiap-siap menyambut datangnya malam.
“Kita pulang aja yuk….aku kehausan,” Ratna berkata pada Galih dan  menganggukan kepala tanda setuju.
“Iya..lagian sebentar lagi hari gelap, aku ngak mau kena jewer ibu,” ujar Galih tersenyum.
Lalu…..
“Sepeda kitaaa hilang !!!!! ”  Ratna berteriak panik.
Galih cuma bisa bengong, karena sepeda barunya juga raib tidak ada di tempat di mana mereka tinggalkan tadi.
Tiba-tiba……
“Hahaha…….emang enak sepedanya hilang,” terdengar suara anak laki laki dan tiba tiba sosok itupun muncul dari balik pohon beserta kelompoknya.
“Grrrrrrhhhh……….Boy, kamu tau dimana sepeda kita?“ Ratna setengah berteriak dan menatap wajah Boy lekat-lekat.
“Tuh….nangkring di atas pohon, hahahaha,” ejek Boy puas .
Galih dan Ratna memandang ke atas pohon dan melihat sepeda mereka terikat tali tambang pada sebuah dahan pohon yang kokoh. Lalu Boy dan teman temannya berlari meninggalkan Galih dan Ratna yang masih terlihat kesal sambil sesekali mereka menengok ke belakang dan mengejek.

***


Di depan gerbang SMP “Kicau”….

Galih sedang menunggu Ratna di bawah sebuah pohon dekat pintu gerbang SMP “Kicau”. Hari ini sepulang sekolah mereka berdua berencana bermain layang-layang di lapangan sebelah rumah Galih. Sambil mencoret-coret pohon dengan sebuah paku berkarat, Galih menuliskan sesuatu pada batang pohon itu. Di situ tertulis sebuah nama yaitu “Ratna.”
“Heii….maaf ya lama, soalnya hari ini giliran aku dapet jadwal piket,” Ratna mengagetkan Galih dari belakang.
“ehmm…gapapa, yuk kita pulang...sehabis makan siang aku tunggu ya di lapangan,” kata Galih bersemangat.
Seperti biasa mereka pun berjalan beriringan sambil sesekali berlari-lari kecil dan tertawa riang. Lalu merekapun menghilang di sudut jalan.




Siang itu Matahari bersinar dengan terik….

Galih dan Ratna tidak memedulikan sengatan sinar matahari siang itu. Mereka berdua berkonsentrasi menerbangkan layan- layang. Dan layang-layang itupun melenggak-lenggok di angkasa. Sesekali Galih menarik ulur benang layang-layang sampai tinggi di awan. Tiba-tiba ada layangan lain mendekat, benang-benang layangan pun beradu. Terjadi tarik ulur dan akhirnya…..taassss, layangan lawan putus dan melayang layang menuju bumi.
“Galih…kamu tunggu di sini ya, aku akan kejar layangan putus itu,” teriak Ratna penuh semangat.
Galih hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah berbinar-binar gembira. Ratna berlari secepat kilat mengejar layangan yang putus itu. Dengan sekali lompatan layangan itu nyaris berada di tangannya, sebelum tiba-tiba ada sebuah tangan seorang anak laki-laki yang menghalangi Ratna meraih layang-layang itu...
“Heii…ini punyaku, aku dulu yang menyentuhnya,” ujar Boy menyeringai nakal.
“Layangan ini punyaku, aku duluan yang menyentuhnya, dan KAMU!!…merampasnya dariku Boy jelek,” Ratna berteriak marah.
Lalu terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan, dengan segenap keberanian Ratna merampas layangan putus tadi dari tangan Boy. Anak laki laki itupun tidak mau kalah mempertahankan layangan itu. Sampai akhirnya layangan itu sobek dan hancur menjadi serpihan serpihan kertas yang berhamburan di tengah tanah lapang. Ratna dan Boy pun berkelahi disaksikan teman teman Boy yang bersorak sorai.


Lalu tiba tiba…..

Byuurrrr………….Ratna dan Boy terpaksa menghentikan aksi mereka berkelahi. Seember air membasahi tubuh mereka berdua. Rupanya mendengar ribut-ribut, ibu Galih keluar dan menyiram Ratna dan Boy dengan seember air.
“Galih…ayo masuk ,“ kata ibu Suryo ( ibunda Galih )
Kemudian ibu Suryo menghampiri Ratna dan Boy yang basah kuyub tersiram air seember.
“Ratna…Boy…sebaiknya kamu pulang ya, ngak baik berkelahi begitu, maaf ibu siram kalian berdua supaya berhenti berkelahi,” ujar ibu Suryo
“Baiklah bu Suryo…maaf menganggu tidur siang ibu,” ujar Ratna berusaha sopan dan bu Suryo pun tersenyum sambil mengelus kepala Ratna.
Boy pun langsung berlari lalu sesekali menoleh ke belakang dan mengepalkan tangannya sambil menjulurkan lidah kepada Ratna.


***


Suatu pagi di beranda depan rumah Ratna….

Ratna hari ini ingin sekali tidak hadir di sekolah. Karena Ratna harus melawan ketakutannya terhadap sesuatu. Ratna phobia cicak. Dan tugas hari ini adalah membawa cicak sebagai contoh hewan reptil untuk mata pelajaran Biologi. Tapi tidak mungkin dia tidak masuk karena bisa bisa kena jewer ibu…
“Ratna, ayo kita berangkat…,” terdengar suara Galih dari pintu pagar.
“Oke..oke..sebentar Galih aku berpamitan dulu kedalam,” ujar Ratna tanpa semangat.
Merekapun berjalan menuju SMP “Kicau” pada pagi yang cerah ini, diiringi suara cericit ribut burung-burung yang bersahut-sahutan dan semilir udara pagi yang menyegarkan. Ratna tetap murung dan tak bergairah.
“Ratna, ini sudah saya bawakan tugas untuk pelajaran Biologi nanti,” kata Galih sambil menunjukkan toples berisi seekor cicak yang sedang melotot menatap dirinya.
“Hidihhhh…,” seketika Ratna tergidik melirik cicak dalam toples tersebut.
“Kamu harus lawan rasa takut kamu Ratna, harus lawan rasa phobia kamu itu,” kata Galih menenangkan Ratna.


Dan sampailah mereka berdua di sekolah...

Tidak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi, Galih dan Ratna masuk kedalam kelas. Pelajaran pertama pagi ini adalah Biologi. Toples berisi reptil yang menjijikkan itu diletakkan Ratna di atas meja terbungkus sapu tangan merah jambu miliknya. Sungguh, Ratna tidak ingin melihat wajah cicak dengan tubuh yang menggeliat ke sana ke mari ingin bebas dari dalam toples.
“Anak anak, coba tugas kalian diletakkan di atas meja, ibu akan menghadap Kepala Sekolah sebentar...,” ujar Ibu Sri ( Guru Biologi )
Tak lama setelah Ibu Sri meninggalkan kelas, suasana langsung gaduh. Murid-murid pun mulai meninggalkan bangku mereka dan berjalan hilir mudik. Mereka saling memerhatikan macam-macam  cicak dalam toples satu sama lain.

Dan tiba tiba….

“Hahay….kayaknya ada yang takut cicak nih teman teman,” tiba tiba suara Boy membuyarkan lamunan Ratna.
Boy telah berdiri di hadapan Ratna, sambil menggenggam seekor cicak belang. Wajah Ratna memucat. Antara rasa takut, jijik dan marah Ratna pun menutup mata dengan kedua tangannya. Melihat kejadian itu Galih serta merta menghampiri mereka.
“Boy… jangan ganggu Ratna,” ujar Galih kesal.
“Hahaha….siapa yang ganggu dia, saya kan cuma ingin memperkenalkan Mico, cicak kecil piaraan saya,” kata Boy sambil mengerling nakal, dan….memasukkan cicak kecil itu kedalam saku baju seragam Ratna.
Seketika Ratna menjerit jerit, karena reptil kecil itu malah loncat hinggap di leher Ratna dan bergerak kesana kemari di atas tubuh Ratna karena ketakutan, sampai akhirnya cicak itupun terjatuh ke lantai dan lari entah kemana. Ratna masih menjerit jerit dan sekonyong konyong Ratna pun memeluk Galih.

“Deg” jantung Galih seperti mau berhenti berdetak, nafasnya tiba-tiba sesak. Ratna memeluknya. Ya ampunnn….Galih pun berusaha menenangkan diri.
“Tenang Ratna, cicak itu sudah pergi,” kata Galih kemudian tanpa berusaha melepaskan pelukan Ratna.
Seketika Ratna sadar dia sedang berada dipelukan Galih dan lalu perlahan melepaskan diri dari pelukan erat Galih. Wajah Ratna bersemu memerah. Dan merasakan sesuatu yang aneh, sebuah rasa yang tidak biasa.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan keras pengaris kayu pada papan tulis. Ibu Sri sudah berada dalam kelas rupanya.
“Ratna dan Boy...kalian ini selalu saja bertengkar, sekarang juga kalian segera menghadap guru BP,” perintah Ibu Sri.


***


15 tahun kemudian
Di sebuah gedung Perkantoran……..


Ratna mematikan komputer di atas meja kerjanya, sambil sesekali bernyanyi kecil. Hari ini Ratna berencana mampir ke sebuah toko buku, sepulang kerja.
“Ratna, sorry banget nih aku ngak jadi ikut kamu cari buku…ada hal lain yang harus aku kerjakan,” ujar Sari sambil mengedipkan mata.
“Ya sudah gapapa,… santai aja,” Ratna pun memberikan sahabatnya itu sebuah senyuman.


Sore itu kala langit berubah orange


Sambil berjalan menyusuri kaki lima,  Ratna menuju sebuah toko buku di sudut jalan. Ratna sesekali melayangkan pandangan pada suasana pertokoan yang hiruk pikuk. Toko buku itu sudah ada di depan mata, Ratna perlahan membuka pintunya. 

“Ting”.. terdengar suara lonceng berdenting yang menandakan ada seseorang memasuki toko. Suasana di dalam tidak terlalu banyak pengunjung, ini adalah sebuah toko buku yang umurnya sudah tua, mungkin sudah ada sebelum Ratna lahir. Dari kecil Ratna selalu diajak ke sini oleh kedua orang tuanya.


Ratna berjalan menyusuri rak rak buku sambil mencari buku yang diminatinya. Ada beberapa buku yang menarik perhatiannya, setelah puas mencari dan akhirnya memutuskan apa yang akan dibeli akhirnya Ratna berjalan menuju kasir.
“Braakkkk…..” buku-buku yang ada ditangannya jatuh ke lantai dan berserakan, seseorang menabrak Ratna dari belakang.
“Maaf, saya tidak sengaja,”terdengar suara seorang laki laki.
Ratna mengangkat wajahnya menatap laki laki yang menabraknya, mereka saling bertatap mata lama sekali. Seperti terbius Ratna memandang wajah lelaki di depannya tanpa berkedip. Sampai akhirnya…….
“Saya seperti pernah mengenal kamu,”kata laki laki itu.
“Saya pun merasa tidak pernah mengenal kamu,” Ratna mengangkat bahu sambil tertawa.
“Ngak salah lagi, kamu pasti Ratna kan?” tanya laki laki tadi.
Ratna mengeryitkan kening berusaha mengenali laki laki yang berdiri didepannya. Laki laki itu tinggi dengan sorot mata tajam dan  berwajah tampan. Tapi Ratna tetap tidak mengenalinya. Pikiran Ratna menerawang jauh sambil mengingat-ingat siapakah laki laki yang berdiri di depannya ini.
“Ratna, aku teman masa kecilmu, ingatkah kamu kita sealu bersama saat itu, bersepeda, main layangan dan Boy...pasti kamu ingat anak itu,”kata laki laki itu sambil tersenyum.
“Galiihh………kamu Galih ya?” Ratna setengah berteriak sampai-sampai para pengunjung toko lainnya melihat ke arah mereka. Alangkah senangnya hati Ratna kembali bertemu Galih. Ratna mengulurkan tangannya dan mereka pun berjabat sangat erat.
“Pertemuan ini harus kita rayakan, bagaimana kalau kita ke Kedai Kopi di seberang jalan itu?” kata Galih, Ratna menganggukkan kepalanya tanda setuju.


Sesampainya mereka di Kedai Kopi……
“Ratna kamu sama sekali ngak berubah, sama seperti 15 tahun yang lalu,” Galih tersenyum.
“Kamu yang berubah Galih, mana kacamata kamu itu?”  Ratna sambil tersenyum
“Hahahaha...” mereka pun tertawa berdua dan bercerita tentang nostalgia masa-masa indah dulu sambil menikmati kopi hangat, sehangat pertemuan sore ini.
***

Ratna menatap keluar jendela dari dalam kamarnya...

Langit yang menghiasi malam itu bertabur bintang-bintang. Seakan-akan semesta pun turut bersuka cita merayakan pertemuannya dengan Galih yang tidak sengaja. Ratna lalu mengambil sebuah kotak tempat ia menyimpan sepucuk surat dari Galih...

Sepucuk surat itu adalah surat pertama dan terakhir Galih untuk Ratna, semenjak itu mereka tidak pernah lagi saling berkirim surat. Sampai akhirnya mereka dipertemukan di sebuah toko buku yang berada di sudut jalan itu.
***

Hari ini mereka janji bertemu...

Galih dan Ratna kembali membuat janji untuk bertemu, di kedai kopi seperti pada waktu pertemuan mereka pertama kali. Kemudian mereka menghabiskan malam dengan menonton bioskop dan makan ice cream. Dalam perjalanan pulang suasana kota sudah agak sepi, mereka berjalan sepanjang kaki lima diiringi nyanyian para pemusik jalanan, mereka menuju area parkir. Ketika mereka akan menyeberang jalan Galih pun meraih tangan Ratna dan menggenggamnya. Jantung Ratna berdetak cepat, teringat akan rasa yang pernah hadir di waktu yang lalu, di mana Ratna tidak sengaja memeluk Galih dalam kelas.
Sepanjang perjalanan pulang Galih dan Ratna hanya terdiam, terhanyut dan terbawa angan masing-masing. Tanpa terasa merekapun sampai di halaman rumah Ratna. Galih mengantarkan Ratna sampai teras depan.
“Galih, terima kasih ya...” Ratna tersenyum.
“Ratna ...bolehkan aku memelukmu?" ujar Galih perlahan. Wajah Ratna pun merah padam, ia hanya bisa tertunduk dan tersipu malu.
Merekapun berpelukan di beranda, Galih dan Ratna kembali merasakan debaran dalam dada yang tidak biasa. Rasa itu masih seperti dulu, seperti 15 tahun yang lalu.



~SEKIAN~



Tidak ada komentar: