Minggu, 08 Januari 2012

Benci Jadi Cinta




Huaaa... kesiangan, waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 WIB. Dan yang pasti aku telat ke kampus. Ini gara gara mataku semalam tidak bisa terpejam sampai pukul 05.00 WIB. Harusnya aku jangan sampai ketiduran tadi. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Aku tertidur dan baru bangun sekarang. Yang harus kulakukan sekarang adalah mandi bebek dan langsung capcus ke kampus.

Aku berdiri di pinggir jalan, menunggu bis. Rasanya lama sekali bis itu tidak muncul muncul. Seandainya aku bisa terbang mungkin sudah sampai di kampus. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.15 WIB. Telat sudah pasti, hari ini ada ujian pula, huftt…Sekarang yang terbayang adalah raut wajah murka dosen kuliah Bahasa Inggris-ku. Dia paling tidak suka sama mahasiswa yang tidak disiplin.

Di tengah kepasrahan menunggu…
“Gaby, sendirian aje,” sayup sayup terdengar suara cowok yang aku kenal menegurku sambil cekikikan.
“Hei Dani, sini ...” seruku padanya.
“Sorry Gab, gw udah telat nih...duluan ya,he-he-he,” kata Dani dengan ekspresi yang menyebalkan.
“Woi sini lu, nebeng dong...,” akupun semakin geregetan karena Dani seperti benar benar ingin meninggalkan diriku yang sudah super telat ini.
“Percuma Gab, udah telat kita, mendingan kita jalan jalan aja kali yah...,” kata Dani cengar cengir sambil meminggirkan motornya.
“Apa lo bilang? sekarang ujian tau…, udahlah ke kampus dulu terima aja kalo dimaki-maki bu Suharti," jawabku datar tanpa ekpresi.

Sesampainya di kampus…

Di depan kelas Bahasa Inggris, suasana sepi semua pintu sudah tertutup. Ada dua pintu di ruangan itu. Satu pintu depan dan satu lagi pintu belakang. Tidak mungkin lewat pintu depan karena akan langsung berhadapan dengan bu Suharti, dosen Bahasa Inggris yang galaknya minta ampun. Beliau itu kalo menghukum mahasiswa seperti menghukum anak SD, misalnya suruh berdiri di depan kelas sambil menjewer kuping sendiri dan mengangkat satu kaki. Amit amit ya kalo sampai hal itu terjadi, bisa jadi bulan bulanan teman satu angkatan.

Aku memutuskan memasuki ruangan lewat pintu belakang, Dani membatalkan niatnya mengikuti ujian. Lebih baik tidak ikut ujian katanya, daripada ketahuan telat.  Pintu itu sedikit terbuka, aku mengintip ke dalam. Kulihat bu Suharti sedang berdiri menghadap papan whiteboard. Hmm...kesempatan buat masuk kelas nih. Pelan pelan kudorong pintu dengan perlahan, kulihat sekeliling ruangan untuk melihat keadaan adakah kursi yang kosong. Syukurlah, ada beberapa kursi kosong dideretan paling belakang dekat jendela. Tapi jalan masukku terhalang oleh kaki-kaki manusia yang nangkring pada kursi di depan mereka. Kaki-kaki itu tampaknya tidak mau turun dan memberiku jalan.
“Misi dong..mo lewat nih,” kataku setengah berbisik.
“Gak ah…lagi pewe nih,” kata suara cowok si pemilik kaki tadi, diiringi suara cikikikan teman-temannya.
“Hei...denger ya kasih jalan gak! udah telat nih, jangan cari gara gara ya…,” kataku ketus. Rupanya mereka adalah kakak-kakak kelas yang sedang mengulang mata kuliah Inggris Niaga.
“Loh... ini junior berani beranian ngancem senior, ngomong yang sopan dong,” jawab cowok tadi santai.
“Huh…cape nih aku jongkok terus begini, belum lagi kalo bu Suharti nengok ke belakang, awaassss kenapa sih! minggiiir donggg...,” kataku geram.

Benar saja…..
“Di belakang sana tampaknya ada yang jongkok ya?…hei mba, coba sini ke depan rupanya Anda terlambat,” kata bu Suharti sambil menurunkan sedikit kacamata yang bertengger di hidungnya.
Sapaan bu Suharti bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Tamatlah riwayatku. Akupun mendapat hukuman berdiri di depan kelas sambil menjewer sebelah telingaku dan mengangkat sebelah kakiku. itu belum seberapa, tapi malunya minta ampun, apalagi disaksikan berpuluh puluh pasang mata. Raut mukaku mulai memanas dan memerah. Huh...geram aku jadinya. Dan kulihat sekilas kakak kelasku tadi tersenyum puas. Awas saja tunggu pembalasanku.


Seusai kuliah….
“Gw bilang juga apa Gaby…mending ngak usah masuk tadi, lagian juga bukan ujian mid semester,” kata Dani.
“Ya sudahlah, terlanjur…yang pasti gw harus bikin perhitungan dengan cowok tadi,” kataku geram.
“Mau bareng lagi ngak...?” kata Dani.
“Engga deh, thanks…itu ada Retno, gw mending jalan jalan sama dia refresing. lagian ntar pacar lo cemburu, hi-hi-hi...,” kataku sambil tertawa mengejek.
Aku melambaikan tangan pada Retno, dia lalu menghampiri kami berdua yang sedang duduk di kantin.
“Kesian banget sih, kena hukuman sama bu Suharti, he-he-he…,” gantian Retno yang mengejekku.
“Liat aja tuh orang pasti gw bales, huh…,” aku jadi kesal membayangkan kejadian tadi. Retno dan Dani tertawa terpingkal pingkal membayangkan hukuman yang tadi aku terima.
“Retno…kita jalan jalan yuk, ngilangin suntuk,” kataku kemudian. Retno pun mengangguk setuju.
Kami pun berjalan keluar kampus menuju halte bis di seberang jalan. Lagi asik-asiknya menunggu bis tiba-tiba muncul makhluk yang membuatku di hukum tadi pagi. Dengan penuh kebencian kutatap wajahnya penuh angkara murka.
“Psttt…Gaby ngeliatinnya gitu banget sih? udah deh biarin aja, masih dendam gara-gara kejadian tadi?” kata Retno.
“Lo tau, dia yang bikin gw kena hukuman tadi…nyebelin banget.”
“Ooo…dia, eh btw dia itu kan kak Rio yang lagi naksir Deby.” 
"Bodo amat kali dia naksir siapa, yang jelas dia udah cari gara-gara sama gw.” 
Aku dan cowok itu saling beradu pandang. Kutatap matanya dengan pandangan sinis. Dia pun menatapku sedingin es kutub utara. Dan tanpa ekpresi melirikku lalu membuang muka. -Huh..dasar cowok angkuh sok kecakepan lagi- kataku dalam hati, geram.


***


Di lapangan Basket kampusku…

Semangatku yang menyala-nyala karena berniat latihan Basket sore ini, mendadak seperti api yang disiram air. Nyessssss...dan berasap. Aku kembali bertemu Rio, cowok menyebalkan itu sedang berdiri di pinggir lapangan sambil mendribel bola basket. Suasana hatiku masih penuh kebencian pada Rio, gara gara dia mempermalukan aku beberapa hari yang lalu.
“Rin…tau ngak cowok yang lagi mendribel bola di pinggir lapangan itu?” tanyaku menyelidik pada Rina.
“Owh, itu kak Rio... memang kenapa Gab?” 
“Lo bisa gak usir dia dari lapangan, Rin. Bikin gw gak semangat latihan aja sih itu orang...,” kataku sedikit emosi.
“Emang ada masalah apa lo sama kak Rio, Gab..?”
“Ada deh pokoknya...gak suka aja liat cowok jelek itu seliweran di depan muke gw,” sahutku masih dengan nada tinggi.
“Cuman lo deh Gab, yang bilang kak Rio jelek…he-he-he,ati-ati ya Gab, jangan terlalu benci nanti jadi cinta,” kata Rina sambil cengar cengir
“Cinta? owh sorry ya, kalo gw sampe cinta, amit amit?” kataku sambil mengetuk ketuk bangku kayu yang kita duduki. 
“Gab...denger-denger dia mau ikut ngelatih team Basket kita loh, buat persiapan kejuaraan antar kampus, “ Kata Rina tersenyum lebar.
“Whaaatttt?” akupun seperti ngak percaya dan mendadak mual.
“Iya serius , tadi ngak sengaja gw nguping pembicaraan kak Bono dan lainnya. Kata mereka, kak Rio ikut ngelatih kita," Rina menjelaskan sambil mengangkat bahu.

Lalu tiba tiba
“Hei….kalian berdua, niat latihan ngak sih, malah ngobrol di pinggir lapangan. Dasar ya cewek sukanya banyak ngomong,” tiba tiba terdengar suara yang sangat sangat sumbang keluar dari mulut Rio.
“Eh mas, jangan sok jadi pelatih songong deh ya….kalo ngomong yang sopan ! masa ngomong sama cewek kasar gitu, dasar cowok ngak punya perasaan,” aku melotot dengan ekpresi sinis.
“Ih…apa sih Gaby, ngak enak diliat orang ribut-ribut gini,” kata Rina sambil menarikku menjauh dari Rio.
“Bilang ya sama temen kamu ini, ngak usah sok galak dan ngelawan segala, jelek tau…ha-ha-ha,”Rio menatapku tajam dan berlalu sambil sedikit menyeringai. Jelekkknyaaaa!
Hmm….kalo begini caranya kayaknya aku tidak bisa berlatih dengan serius nih. Apalagi pelatihnya Rio.Widih horror deh. Pasti jadi tidak semangat, kalo begini keadaannya. Tapi show must go on, pertandingan persahabatan antar kampus tetap akan berjalan. Berat sekali rasanya berlatih bila pelatihnya Rio. Aku benci keadaan ini.



Seusai latihan….
“Rin…mampir ke kedai cemilan sebelah kampus dulu ya, gw pengen beli makanan nih abis latihan cacing-cacing di perutku kelaperan, perlu asupan gizi,” kataku pada Rina.
“Ayolah…kita santai santai dulu aja menikmati minuman dingin sambil cuci mata, siapa tau ada manisan lewat depan mata,” kata Rina sambil cengar-cengir.
Kami pun menuju sebuah meja yang kosong di kedai itu lalu memesan tahu goreng dan es cendol. Sambil menunggu pesanan datang kami berdua ngoceh tentang banyak hal. Tiba tiba mataku kembali menangkap sosok Rio. Dia berjalan memasuki kedai sambil menggandeng Deby.
“Rin...coba lihat siapa yang datang,” kataku datar.
“Tuh bener kan Gab…dia lagi pedekate sama Deby, soalnya Deby pernah bilang ke gw Gab…," kata Rina antusias.
“Ehmm…gw punya ide nih Rin,” lalu kubisikkan rencanaku pada Rina sambil nyengir.
“Ha-ha-ha…serius Gab,” kata Rina
“Serius  Rin, kita liat saja pasti seru..ha-ha-ha,“ kataku sambil tertawa lebar.
Aku dan Rina pun merencanakan sesuatu, yang pasti akan membuat Rio menyesal telah berurusan denganku. Rencana itu akan kita jalankan besok pada waktu latihan basket. Kita lihat Rio, apa yang akan terjadi besok. Aku pun tersenyum puas memikirkan rencanaku.



Hari pembalasan buat Rio  ….

Hari ini kami kembali berlatih, Rio masih tetap menyebalkan. Sementara Deby sedang duduk manis di pinggir lapangan sambil sesekali memerhatikan Rio. Cewek itu menggunakan baju serba pink- she's like a barbie too much.

Sekitar 10 menit lagi latihan usai. Aku melirik Rina, dia pun mengangguk. Sebuah isyarat bahwa rencana akan segera kita jalankan. Tak lama kulihat Rio berjalan mendekati Deby, cewek itu sedang duduk bersama teman-temannya -para Cheer Leaders. Sebelum sempat Rio sampai menghampiri Deby, Rina sudah berdiri di depan Rio dengan nafas tersenggal-senggal.
“Kakak, anggota kita ada yang pingsan di samping Sekretariat, mungkin kecapean kak…tolong kak, saya takut terjadi apa apa ,“ kata Rina. Secepat kilat Rio pun berlari mengikuti Rina menuju samping ruang Sekretariat.
Di lantai samping ruangan Sekretariat aku berbaring seperti layaknya orang yang sedang pingsan, tak lama Rio menghampiriku. Aku diam tak bergerak, lalu Rio menyentuh keningku. Kubuka mataku tiba tiba, Rio pun kaget. Dia lalu berdiri dan mundur selangkah. Akupun berdiri dan langsung kutarik kerah bajunya sehingga kami menjadi sangat dekat. Lalu aku berakting seolah olah kita sedang berciuman.
“Rioooooo, kita putuss!” terdengar pekikan Deby cetar membahana. Ratna yang berdiri di belakang Deby mengedipkan mata padaku.
“Deby…dengar dulu penjelasanku,” kata Rio. tapi rupanya Deby tidak ingin mendengar alasan apapun. Dia berlari meninggalkan Rio.
Rencanaku berhasil. Sambil mengedipkan mata kutinggalkan Rio yang masih terlihat sangat  kesal dan marah  kepadaku. Santai aja ya mas Rio, dendamku sudah terbalas -kataku dalam hati. Aku pun puas dan tertawa dalam hati. Pembalasan lebih kejam mas Rio. Huh...mas apaan dasar Rio jelek!

***


Keesokan paginya di kantin Kampus….

Aku duduk sendiri di suatu pojok kantin. Sambil menikmati sekerat roti bakar minimalis isi coklat dan segelas teh panas dengan asap yang masih mengepul. Tiba tiba seseorang berdiri di hadapanku. Rio. Aku diam dan mengacuhkannya. Lalu sekonyong-konyong dia duduk pada kursi di depanku, menatapku lama tapi tidak kubalas tatapan matanya. Rio menghela nafas dan dari sudut mataku kulihat dia mengeleng-gelengkan kepala.
“Hei kamu…kenapa diam saja? Bisa jelasin ngak kenapa kemarin berbuat heboh di samping sekretariat?” kata Rio datar tapi suaranya penuh tekanan.
“Emang ada apa kemarin? kayaknya ngak ada apa-apa tuh,” sahutku dengan ekpresi santai.
“Oh begitu…kamu tau ngak, kamu sudah membuat gossip tentang kita berdua. sadar ngak sih kamu?”kata Rio lagi dengan nada sedikit gusar.
“Gossip apaan? kalo kita ciuman gitu?” kataku acuh.
“Iyaaaa..maksud kamu apa sih?" Rio mulai kesal dan suaranya mulai meninggi.
“Eh mas…kita kan kemaren ngak ngapa-ngapain, ya kan? dan kalo emang kita gak ciuman kenapa kamu kayak kebakaran jenggot gini sih, santai aja kali,” kataku acuh tak acuh sambil beranjak meninggalkan Rio.
Tidak kusangka Rio menarik tanganku, tapi dengan cepat kutepiskan tangannya. Aku pun meninggalkan kantin. Rio tidak bisa berbuat banyak. Rupanya gossip memang sudah menyebar. Setiap orang yang kutemui pasti langsung memandangku sambil berbisik bisik. Who knows and who care?

Tanpa sengaja aku pun melihat Deby sedang duduk di salah satu bangku depan kelas Ekonomi Mikro. Dia melihatku sekilas lalu membuang muka. Hmm…pasti dia pikir aku benar benar berciuman sama Rio. Bingung deh aku. Aku berniat menjelaskan masalah yang terjadi kemarin pada Deby. Tapi begitu kuhampiri, Deby langsung pergi menghindar dariku.
“Gaby sini deh…,”Rina memanggilku lalu berjalan menghampiriku bersama Retno dan Dani.
“Gab, lo ikut jadi panitia penerimaan mahasiswa baru kan?" kata Retno
“Iya ikut...,” kataku sekedarnya.
“Seksi apa Gab..?" kata Dani kemudian.
“Mentalitas, tuh bareng Rina,” kataku lagi.
         "Okay, sepertinya nanti ada rapat panitia," kata Rina kemudian.


kami kemudian memasuki ruang perkuliahan, aku, Rina, Retno dan Dani, untuk kuliah Ekonomi Mikro pagi ini. Setelah itu acara selanjutnya adalah mengikuti rapat pembentukan panitia Orientasi Mahasiswa Baru.

***


Masa Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru…

Hari ini adalah hari pertama Masa Orientasi bagi Mahasiswa baru. Aku dari pagi-pagi buta sudah berada di kampus tercinta. Di pintu gerbang kulihat para Mahasiswa baru bersiap-siap mengikuti masa orientasi dengan dandanan yang sudah ditentukan panitia. Aku berjalan menuju sekretariat untuk mengikuti rapat kecil sebelum acara berjalan. Dari ekor mataku aku menangkap sosok Rio lagi. Gila nih orang ada di mana-mana. 

Hedehhh….rupanya dia jadi panitia juga seksi P3K (Pertolongan Pertama Pada kecelakaan). Dodi ketua Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru mengawali rapat pagi ini.
“Teman teman semua, pagi ini kita akan mulai masa orientasi mahasiswa baru…perlu diingat khususnya buat seksi mentalitas harap perhatikan para mahasiswa baru yang mengenakan pita di lengannya. Terutama pita merah, yang artinya mahasiswa itu mempunyai penyakit serius, yaitu jantung...jadi jangan terlalu keras kalau perlu tolong dihindari supaya tidak terjadi hal hal yang tidak kita inginkan. Ok , mari kita sambut masa orientasi ini dan kita mulai dengan doa,” kata Dodi menutup rapat dengan singkat.
Walaupun aku agak sedikit kurang sehat. Tapi aku berusaha tetap konsentrasi menjalankan tugas. Lalu kami pun mengumpulkan mahasiswa baru di lapangan untuk apel pagi dilanjutkan dengan memeriksa kelengkapan mereka. Bagi mahasiswa baru yang tidak membawa tugas pastilah mendapat hukuman. Seorang mahasiswa baru tiba tiba berlari lari kecil menghampiriku.
“Maaf kak…ini ada surat buat kakak,” kata mahasiswa baru itu.
“Eh tunggu..dari siapa dek?” 
“Gak tau kak, saya cuma diminta menyampaikan saja,” katanya lagi
“Ya sudah...kembali lagi sana ke kelompok kamu, eh…tapi jangan lupa ya besok bawain kakak coklat, Toblerone. Jangan sampe engga ini tugas,” kataku iseng.
Dengan penasaran kubuka sampul surat tadi dan mengeluarkan sepucuk surat. Ternyata dari Rio. Begini isi suratnya :

Tiba tiba darahku berdesir setelah membaca surat Rio yang sangat to the point sekali. Kurang ajar, malah pengen dicium beneran. Lalu  kulihat bayangan Rio memasuki ruang P3K, seketika kulangkahkan kakiku menuju ke sana. Begitu aku memasuki ruangan, Rio pun melihat ke arahku. Kuhampiri Rio dan kulempar surat yang dikirimkannya tadi, setelah terlebih dulu aku robek-robek. Serpihan surat itupun melayang-layang di udara sebelum berhamburan ke lantai.


Masa Orientasi Mahasiswa Baru masih berlangsung….

Pagi ini hari terakhir masa Orientasi Mahasiswa Baru. Syukurlah, karena aku kembali kurang sehat, badanku sedikit meriang dan kepalaku pusing. Tiba tiba dari kejauhan ada seorang mahasiswa baru yang datang dengan tergopoh-gopoh. Rupanya dia terlambat. Sebagai seksi Mentalitas aku pun merasa harus menegakkan kedisiplinan.
“Hei…sini. Kamu, terlambat ya? Kamu saya hukum...,” sebelum aku selesai bicara, anak itu sudah pingsan duluan.
Aku panik, ternyata ada pita merah di lengannya. Itu tandanya dia menderita penyakit serius, yaitu Jantung. Aku lalu berteriak teriak minta tolong pada para panitia Mentalitas lainnya. Tak lama kemudian para petugas P3K lainnya datang menghampiri, dan membawa anak yang pingsan tadi ke ruangan P3K. Kepalaku jadi bertambah pusing, pandangan mataku berkunang kunang. Aku mencoba bertahan tapi akhirnya aku pingsan juga.


Setelah aku tersadar dari pingsan…

Aku membuka mataku dan aku sedang berada di ruangan P3K. Setelah benar benar tersadar ternyata ada seseorang yang sedang duduk di dekatku berbaring. Dan dia adalah Rio.
“Ngapain kamu Rio…,” tanyaku deg-degan.
“Aku lagi nungguin kamu sambil memandangi wajahmu Gaby…ternyata kamu lucu juga ya, aku suka,” kata Rio cuek.
“Bagus deh ,maaf nih mas... gada recehan,“ kataku tidak kalah cuek sambil berdiri lalu beranjak hendak meninggalkan ruang P3K.
“Eh..mau kemana, enakan juga di sini. Kita bisa ngobrol ngobrol dan saling mengenal, “ kata Rio lagi sambil menahanku dengan kedua tangannya. Basi banget ngak sih ini cowok.
“Sorry Rio, aku ngak ada waktu buat kamu,” kataku lagi.
“Ok, kapan kita bisa ngobrol berdua?” tanya Rio.
“Baiklah kalo itu maumu Rio, nanti aku kabari lagi ya…okey,” dan aku meninggalkannya.
*** 


Pertemuan di kedai kopi….

Suasana pada sore yang sumringah, senja menyelimuti hatiku yang gundah. Aku akhirnya memutuskan untuk bertemu Rio di kedai ini. Aku tiba terlebih dahulu. Tak lama kemudian Rio datang dan menghampiri mejaku.
“Hai Gaby…akhirnya kamu mau berkencan denganku di sore yang indah ini,” kata Rio sambil tersenyum penuh kemenangan.
“Wow…siapa bilang ini kencan Rio? kamu salah sangka…,” kataku sambil tersenyum.
“Terserahlah Gaby…yang penting aku sekarang bisa berdua denganmu,” kata Rio sambil duduk di kursi tepat di depanku.
           "Siapa bilang kita cuma berdua?" kataku sambil tersenyum.


Tak lama kemudian Deby pun muncul di antara Aku dan Rio. Rio tampak kaget. Aku memang sengaja tidak memberitahukan Rio kalau kita bertiga akan bertemu di sini. Pertemuan antara Aku, Rio dan Deby.
“Ok…tampaknya Deby sudah hadir,” kataku kemudian.
“Ada apa Gaby? apa yang akan kamu bicarakan,” Deby berkata dengan tidak sabar.
“Begini Deb…aku cuma ingin menyelesaikan masalah ini, bahwa tidak terjadi apa apa antara aku dan Rio. Kejadian kemarin di samping sekretariat karena aku cuma ingin ngerjain Rio aja Deb…maafin aku ya, kita gak ciuman kok Deb…semua itu cuma akting, kamu bisa tanya Rina,” kataku penjelaskan panjang lebar.
Kulihat Rio cuma diam dan dari ekspresi mukanya tampak tidak suka dengan apa yang aku lakukan.
“Gaby…kamu ngak perlu melakukan semua ini, aku sebenarnya…,” kata Rio.
“Jadi ternyata semua ini cuma akting…,”Deby memotong pembicaraan, dan wajahnya pun langsung berseri-seri setelah tahu bahwa ternyata aku dan Rio tidak ada hubungan apa-apa.
“Iya Deby, semua ini cuma akting…maafkan aku ya, sudah membuat hubungan kalian sempat berantakan,” kataku kemudian.
Entah kenapa tiba tiba perasaanku menjadi tidak karuan. Rio hanya bisa menatapku tanpa bicara. Dan kedua mata Deby langsung berbinar. Lebih baik aku pergi dari kedai ini dan memberi mereka kesempatan berdua.
" Ya udah Rio, kalo gitu kita jadian lagi ya...maafin Deby yang udah ngak percaya sama kamu dan seperti anak kecil," Deby berkata sambil bergelayut manja pada lengan Rio, aihhh...  
“Baiklah kalau begitu, masalahnya sudah selesai…aku permisi dulu ya,” kataku sambil mengedipkan mata pada pasangan Clark dan Barbie itu.
Deby pun tersenyum kepadaku. Rio tidak melihatku sama sekali, entah apa yang sedang dipikirkan cowok itu. Harusnya dia senang Deby mau menerimanya kembali. Kenapa Rio seperti tidak suka aku melakukan ini semua untuknya. Sejujurnya yang kurasakan saat ini, seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupku.  Dan sepanjang perjalanan pulang aku pun tidak bisa berhenti memikirkan Rio. Tapi  ahhh…sudahlah -I have feel guilty but sad also.


***


Antara aku, Rio dan Deby….

Sejak pertemuan aku, Rio dan Deby, kami bertiga menjadi dekat dan bersahabat. Aku dan Rio pun semakin sering bertemu. Dan aku semakin mengenal siapa Rio dan juga Deby. Rio ternyata adalah seorang yang sangat menarik, cuek dan ternyata lumayan juga mukanya kalo dilihat-lihat. Siapa cewek di kampus ini yang tidak kenal Rio. Dan Deby selain cantik sikapnya sangat lembut dan feminin. Mereka berdua sepertinya adalah pasangan yang serasi, cantik dan keren 

Kami sering mengadakan pertemuan di sebuah taman kota untuk sekedar jogging atau membaca buku di bangku bangku yang berhamburan. Seperti sore itu, aku dan Rio duduk berdua dalam suasana sore yang sangat orange, setelah sebelumnya kami berkeliling taman untuk sekedar berolahraga. Deby berhalangan ikut karena ada keperluan lain. Lalu akupun memutuskan untuk pulang karena malam  mulai merayap bersiap berganti shift dengan senja. Dalam perjalanan pulang Rio tidak banyak bicara. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu sebuah kata terucap dari bibirnya…
“Gaby, taukah kamu…bila perasaanku terhadap Deby biasa biasa saja. Justru aku mempunyai perasaan yang lain ke kamu Gab, aku serius…aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Deby dan ingin bersamamu Gab…,” kata Rio kemudian.
Jantungku berdetak kencang, semua ini tidak mungkin pasti Deby akan sangat kecewa untuk yang kedua kalinya apalagi bila aku kemudian benar-benar merebut Rio.
Aku tak kuasa berlari dalam dekapan rasa yang menyerbuku bertubi-tubi terhadap Rio. Beribu-ribu pesona Rio yang telah menyebar dalam diriku menambah pekatnya rasa dan telah menjadi candu dalam hatiku -:D.

Aku tidak pernah menyangka Rio akhirnya menyatakan perasaannya padaku. Walaupun aku merasakan perasaan yang sama, tapi aku tidak akan pernah mau mengakuinya. Karena pasti akan ada sebuah hati yang tersakiti. Aku ngak mau menari-nari di atas penderitaan Deby. Aku bisa merasakan sakitnya bila dikhianati, bila Deby tahu ternyata Rio juga mencintaiku. Seperti yang dikatakan lagi pada malam ini...
“Gaby…pandanglah mataku Gab, tidakkah kamu melihat ada sesuatu di sana?” Rio menatapku sambil menggenggam lembut kedua tanganku. 
Dan aku tidak sanggup membalas tatapan matanya. Mata itu menatapku tajam dan semakin menghujam menembus relung hatiku yang paling dalam. Rasa itu semakin mengikat mengaliri setiap jengkal debaran yang menari-nari membelai setiap sudut dalam hatiku. owh….panah asmaranya menghujam tepat di dada -:) hi-hi-hi.
“Aku ngak tau Rio,…aku,” dan bibirku seperti terkunci oleh ribuan gembok.
“Gaby, aku cuma ingin meyakinkan diriku bahwa kamu juga mencintaiku Gab…, aku yakin kita menpunyai perasaan yang sama, Gaby. Please, bukalah hatimu Gab...” kata Rio bertubi tubi seperti revolver.
“Maafkan aku Rio, aku belum bisa menjawabnya…beri aku waktu,” kataku sambil mundur selangkah kemudian pergi meninggalkan Rio seorang diri di teras rumahku. Bukannya jual mahal, tapi aku bingung dan harus berpikir sejernih mungkin.
***


Pagi itu di kampus….

Hari itu aku kembali ke Kampus. Sosok Rio sepertinya sudah menempel di nebula otakku. Aku tidak bisa menghilangkan bayangan senyumnya, sikapnya yang jail bila sedang menggodaku dan genggaman tangannya yang lembut bila kita sedang bicara. Tapi Rio bukan milikku dan aku menjadi sangat tersiksa karenanya. Semua ini harus diakhiri sebelum benang-benang cintanya membelit dan menyiksa lalu mencekikku kemudian aku mati konyol karenanya. Mati karena cinta.

Seusai kuliah pagi ini aku mencari Rio di setiap sudut Kampus. Akhirnya kutemukan dia sedang membaca di perpustakaan. Suasana dalam ruangan perpustakaan menyapaku dalam senyap dan aku menghampiri Rio yang sedang serius membaca. Dengan setengah berbisik aku pun berbicara…
“Rio…aku ingin mengatakan sesuatu denganmu,” kataku kemudian.
“Baiklah…ini tentang hal semalam, ya kan Gab?” kata Rio sumringah.
“Iya Rio, tapi sebaiknya tidak di sini..kita bicara di luar saja,” kataku berbisik.
Kami berjingkat jingkat meninggalkan ruang perpustakaan yang senyap. Lalu berjalan menuju kantin yang letaknya di luar gedung perkuliahan. Dalam diam Rio kembali menggenggam lembut tanganku. Aku dan Rio memilih bicara di bangku kosong sebelah kantin. Di bawah sebuah pohon belimbing yang menaungi kami berdua. Angin pagi yang bertiup sepoi-sepoi membelai lembut wajahku. Aku harus mengakhiri semua ini…
“Rio…maafkan aku, aku tidak mencintaimu,” kataku tergagap sambil berdiri dan bersiap meninggalkannya.
Tiba tiba Rio berdiri  menarik tanganku sehingga aku dan Rio saling berhadapan hampir tanpa jarak, lalu dia mencium keningku…… “morning kiss, with blowing wind on my face” aw..aw.




~ SELESAI ~


***
.

Tidak ada komentar: