Minggu, 08 Januari 2012

Cipularang



Minggu ini kami sekeluarga berencana berlibur ke kota Bandung. Semua sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya mulai dari penginapan sampai tetek bengek yang harus dibawa.
  
“Papa sudah siap berangkat?”

“Bentar mah, mau cukur kumis dulu nih biar rapi dikit...”

“oke deh, buruan pah…mama tunggu di mobil ya! anak-anak ayo berangkat...”

kulihat kedua anakku keluar dari kamar mereka dengan membawa travel bag masing-masing. Anakku pertama adalah seorang gadis berumur 15 tahun, bernama Tya. Sedangkan adiknya laki-laki masih berumur 10 tahun bernama Tyo.

“Tya..coba cek papah, kok lama banget sih?”

“Sabar dong mah, paling bentar lagi papah keluar...”

Benar saja tidak lama kemudian suamiku keluar rumah dan mengunci pintu depan, lalu berjalan kearah mobil yang akan membawa kami ke Bandung. 


Perjalanan Jakarta - Bandung

Hari itu Jumat sekitar jam 7 malam, beruntung suamiku bisa pulang lebih cepat dari biasanya. Perjalanan pun dimulai sambil menikmati kemacetan jalan menuju Bandung, tol arah Cikampek macet luar biasa. Kemacetan dimulai dari pintu tol kemudian lancar terkendali sampai arah Cikarang dan sedikit macet lagi karena ada penyempitan jalan tol karena perbaikan jalan. Barulah setelah memasuki tol Cipularang jalan agak lenggang walaupun jumlah kendaraan yang masuk lumayan banyak, maklumlah week end. Ke Bandung kalo musim liburan ya begini, orang Jakarta pindah tidur semua. Pantes deh kalo macet di mana-mana.

“Mah….Tyo pengen pipis nihhhh!”

“Aduh Tyo…tahan dulu ya, bentar lagi ada Rest Area.”

“Ngak tahan maahhh….ngompol nih!”

“Ya… ampun nih anak ngerepotin aja deh, pah..papah botol aqua kosong yang kemaren di bawah jok kemana pah?”

“Botol aqua?...ya udah papa buanglah mah!”

“Aduh gimana sih, kan Tyo bisa pipis di botol aqua itu pah!”

“Ya ampun mamah mulai deh ribet, udah deh berhenti aja di bahu jalan lagian temperatur mobil kok kayaknya tinggi nih, siapa tau airnya abis. Mamah sih, bisanya cuma pake aja tapi ngak ngecek air radiator abis apa ngak...”

“Ohh…jadi papa nyalahin mama ya? lagian heran deh kok apa-apa mama yang urus?”

“Papa..mama…please deh, Tyo pengen pipissss!”

Akhirnya berhentilah mobil kami di bahu jalan. Suamiku keluar dan membuka kap mobil untuk mengecek air radiator.

“Sudah sana Tyo pipis...jangan jauh-jauh ya.”

“Oke mah...”

Tak lama suamiku masuk ke dalam mobil.

Tyo belum selesai ya pipisnya?”

Kemudian suamiku melihat keluar jendela. Dan melihat Tyo sedang berdiri di belakang mobil.

“Tyo…ayo cepat masuk ke dalam mobil, nanti kita kemalaman loh.”

Tyo pun masuk ke dalam mobil, lalu kami pun melanjutkan perjalanan ke Bandung. Sesekali aku melihat kedua anakku, hmm... mereka tertidur rupanya.

Sampailah kami di sebuah penginapan, setelah check in dan menurunkan barang-barang bawaan kami pun menuju kamar masing-masing. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih. Sebenarnya aku ingin cari makan di luar tapi kok sepertinya anak-anak ngantuk berat, akhirnya kami memutuskan makan di hotel saja.

“Tyo…kok kamu ngak makan sama sekali?” kulihat makanan Tyo tidak tersentuh. Tyo menggeleng.

“Ayo dimakan sayang, nanti masuk angin loh?” lagi-lagi Tyo menggeleng.

Aneh..biasanya anak ini cerewetnya minta ampun kok sekarang berubah, kalo ditanya dari tadi cuma bisa menggeleng dan mengangguk.  Sepertinya Tyo kurang enak badan, ya sudahlah kubiarkan saja apa maunya, mudah-mudahan besok semuanya normal kembali.


Pagi hari di kota Bandung yang sejuk

Rencananya hari ini  kami ingin jalan-jalan sambil kuliner di Bandung.

“Anak-anak, sudah siap…?”

“Mah..Tyo masih tidur tuh,” sahut Tya dari dalam kamar. Kumasuki kamar mereka dan benar saja Tyo masih meringkuk dalam selimut.

“Tyo...kamu sakit?” Tyo menggeleng. Kuraba dahinya, temperatur tubuhnya tidak panas hanya badannya dingin sekali dan mukanya pucat.

“Ya sudah kalo Tyo sakit ngak usah mandi, sana cuci muka dan sikat gigi  saja...” Tyo menurut dan beranjak menuju kamar mandi.

Setelah lelah seharian berkeliling kota Bandung, malamnya kami kembali ke penginapan. Besok, kami akan kembali ke Jakarta sekitar jam 10 pagi supaya sampai rumah masih bisa beristirahat.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan Bandung -Jakarta, mobil yang kami tumpangi memasuki pekarangan rumah. Lega rasanya bisa sampai di rumah kembali dengan selamat. Cuma sore nanti Tyo harus dibawa ke dokter karena sepertinya anak itu sakit. Tubuhnya kelihatan lemah sekali.

“Tyo..kamu istirahat dulu di kamar, jangan main game atau lainnya...pokoknya harus tidur, nanti sore kita ke dokter ya dek,”  Tyo mengangguk dan berbaring di tempat tidurnya.

((( Ting…Tong…Ting…Tong ))) 

Ada tamu rupanya. Aku bergegas ke ruang tamu untuk membukakan pintu.

“Selamat siang bu...kami dari kepolisian, apa benar ini rumah bapak Dhito?”

“Iya benar pak, saya istrinya...” jawabku dengan penuh tanda tanya.

“Kalau begitu Anda berdua ikut kami ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.”

"Ada apa ini?" Aku bingung.

Segera aku membangunkan suamiku yang sedang istirahat, lalu bergegas pergi menuju kantor polisi.


Di Kantor Polisi

“Sebenarnya ada kejadian apa pak?” tanya suamiku. Aku dan suamiku saling berpandangan. Bingung.

“Anda sebagai orang tua bisa dikenai pasal  20 KUHP  tentang Undang Undang Perlindungan Anak.”

“Maaf pak polisi, menurut Anda anak siapa yang tidak kami lindungi?”

“Hush ... mah tanya yang bener dong," suamiku nampak tidak suka atas pertanyaanku kepada pihak berwajib. "Kalau boleh tau, ada apa sebenarnya pak?”

“Begini bapak dan ibu Dhito...sebentar,” Kemudian petugas tersebut memberi isyarat kepada seorang polwan untuk memasuki ruangan. Tak lama kemudian polwan tersebut masuk ke dalam ruangan sambil menuntun seorang anak kecil. Dan ternyata anak itu adalahTyo!

“Mammmma...paaappaaaa...! Tyo mulai menangis setelah melihat aku dan suamiku.

“Tyo... mamah kan sudah bilang, kamu harus istirahat jangan ke mana-mana nak!” kataku kemudian sambil memeluknya.

“Loh, apakah bapak dan ibu tidak sadar sudah meninggalkan anak ini sendirian malam-malam di jalan tol? Beruntung ada petugas patroli yang menemukan anak ini sedang menangis di pinggir jalan. Akhirnya petugas patroli membawanya ke pos polisi terdekat dan anak ini sempat tidur di sana semalam.”

“Apaaa….?!” aku dan suamiku terkejut, mendengar cerita petugas polisi tersebut.

Akhirnya kami diinterogasi, dan kepolisian melakukan cross check ke tempat hotel di mana kami menginap. Sampai akhirnya kami diperbolehkan pulang karena kami tidak terbukti menelantarkan Tyo. Beruntung ada saksi dari petugas room service yang mengatakan bahwa pada Jumat malam kami memang memesan makanan untuk 4 orang dan beberapa karyawan pun melihat kami datang ber-empat. Walaupun polisi kurang percaya waktu kami jelaskan bahwa ada “Tyo” yang lain.

Sesampainya di rumah bergegas aku menuju kamar Tyo, mudah-mudahan anak yang mirip Tyo masih tertidur. Pintu kamar pun kubuka perlahan. Tidak  seorangpun ada dalam kamar Tyo. Yang ada cuma sehelai kain putih seperti kafan dengan bercak darah kering yang sudah menghitam tergeletak di lantai.  Sayup-sayup kudengar suara anak menangis dan tercium bau anyir darah.



__________________

2 komentar:

Gelasan Tiga Saudara mengatakan...

waduh... beneran nih ceritanya?

serem banget...

waaa,,, kaburrrrrrrr

Coretan Embun mengatakan...

Fiksi kok pak Parta :)