**
Aku berjalan setapak demi setapak. Kedua kakiku kulangkahkan
menuju sebuah kedai kopi yang biasa kukunjungi hampir setiap akhir pekan
bersama Rino. Namun hari ini aku pergi sendiri tanpa Rino di sampingku. Aku
berencana membeli sepotong brownies kesukaan Rino sebagai hadiah ulang
tahunnya.
Brownies legit dengan topping coklat, keju dan almond yang
bertaburan di atasnya, sangat menggugah selera bukan? Aku tidak tahu apakah
nanti Rino ingin mengigitnya sedikit demi sedikit atau melahapnya sekaligus? Ah
…itu semua terserah Rino saja. Yang penting apakah dia mau menerima hadiahku
ini, walau hanya sepotong?
Seperti saat senja terselip di setiap sudut jalan yang kulalui
bersama Rino, dan kami tidak lupa mampir ke sebuah kedai kopi untuk sekedar
mengantarkan senja pada pelukan malam. Tentu dengan sepotong brownies yang
menemani kopi-kopi kami. Ya..kami selalu hanya pesan sepotong, lalu bergantian
saling suap hingga gigitan terakhir. Sambil terus berpandangan dengan tangan
saling menggenggam, hingga brownies tersebut tandas tanpa bekas. Duh…kenangan
itu terbingkai dengan indah menghiasi tempurung otakku.
Tanpa terasa aku pun sudah berdiri di depan kedai kopi itu. Dengan
perlahan kubuka pintunya. Hawa sejuk pendingin ruangan langsung menyeruak
menerpa wajahku. Cepat cepat kututup kembali pintunya dan kulangkahkan kaki
menuju etalase yang berisi aneka rasa kue kue yang menggugah selera. Rupanya brownies
kegemaran kami tinggal satu-satunya, tapi untunglah masih ada. Cepat-cepat kupanggil
gadis penjaga etalase.
“Mbak…saya mau yang ini, yang bertabur topping coklat, keju dan
almond.”
Gadis itu dengan sigap langsung menempatkan brownies tadi ke dalam
sebuah kotak kue.
“Hati-hati mbak, jangan sampai toppingnya berhamburan,” kataku
berlebihan. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk.
“Ada lagi?” tanyanya seraya memandangku. Aku menggeleng.
Rino…brownies kegemaranmu sudah kudapatkan. Sekarang tinggal
membeli bunga Lily putih supaya rumahmu terlihat indah. Bukankah kita akan
merayakan hari ulang tahunmu di sana? Ini akan menjadi sebuah kejutan yang
menyenangkan bukan?
Akupun lalu meninggalkan kedai kopi itu. Dan kubawa kotak kue
berisi brownies tadi dengan hati-hati. Aku tidak ingin potongan brownies ini
hancur atau porak poranda sebelum kita sempat menikmati setiap suapannya berdua
saja. Ya.. berdua saja, bukankah itu yang selalu kita lakukan. Makan sepiring
berdua.
Kemudian aku pun berjalan menyebrangi jalan menuju kios bunga di seberang kedai kopi untuk membeli sebuket Lily putih.
Kemudian aku pun berjalan menyebrangi jalan menuju kios bunga di seberang kedai kopi untuk membeli sebuket Lily putih.
Sempurna. Brownies sudah kudapatkan dan buket Lily putih pun sudah
ditangan. Akupun mengingat ingat adakah yang terlewat. Oh ya…lilin ulang tahun.
Mungkin di minimarket di sebelah kios bunga menjualnya. Dari kios bunga aku pun
menuju minimarket membeli lilin untuk kue ulang tahun Rino. Setelah semua
kudapatkan, aku pun dengan segera menuju ke tempat Rino. Semoga dia senang
dengan kejutan ini, karena aku tidak mungkin lupa pada hari ulang tahunnya.
Rumah Rino tampak sepi dan gelap. Hanya pantulan cahaya bulan yang
keperakan yang menemaniku memasuki tempat itu. Diiringi pekikan burung-burung
malam. Lalu dengan perlahan di tengah keheningan suasana sunyi senyap kuletakkan
brownies tadi perlahan lahan. Lalu kubuka penutup kotaknya, dan kunyalakan
lilin ulang tahun di atasnya. Kuambil vase bunga yang telah kusiapkan dari rumah
dan mengisinya dengan sebuket Lily putih.
Semua sudah beres dan tampak sempurna hanya, menunggu kedatangan
Rino malam ini. Aku menunggumu Rino, menunggu kau datang. Mari kita rayakan
ulang tahunmu dan menikmati brownies ini bersama, aku menunggu tiap suapan yang
akan kau berikan padaku Rino, ….kekasihku.
Malam mulai bergelayut dan Lilin ulang tahun itu mulai sedikit
demi sedikit habis karena mencair. Tapi Rino pun tak kunjung datang hingga rasa
kantuk mulai menyerangku. Sekonyong konyong seekor tikus besar mendekat
mengendap endap, mengendus lalu melahap brownies itu dengan rakus kemudian
lari. Aku hanya dapat terpaku melihat kejadian itu. Tak lama datanglah
tikus-tikus lainnya dan melakukan hal yang sama. Aku tak dapat berbuat banyak.
Miris aku melihat brownies itu hancur tanpa bentuk, tercemari moncong dan
kaki-kaki tikus. Binatang pengerat itu telah memakannya tanpa aturan.
Aku pun menangis, airmataku menitik di atas tanganku yang gemetar.
Yang aku tahu Rino tidak akan pernah datang walau sekarang adalah hari ulang
tahunnya. Walaupun hanya untuk sekedar menikmati brownies pemberianku. Sungguh
Rino, aku merindukan setiap suapan yang kau berikan. Tatapan cinta dari sinar
matamu yang membelai hatiku. Dan genggaman tanganmu yang lembut. Tapi sudahlah brownies
itu kini telah hancur. Aku sepertinya harus rela, ikhlas dan pasrah melihat
tikus-tikus itu melahap dan mencemarinya sepuas hati. Tapi baiklah, aku pun
menyerah menunggumu datang, Rino. Lebih baik kutinggalkan saja brownies itu di atas
pusaramu. Selamat Ulang tahun Rino, Rest In Peace. Aku hanya bisa mendoakanmu.
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar