Minggu, 04 Agustus 2013

Sepotong Brownies untuk Kekasihku



**



Aku berjalan setapak demi setapak. Kedua kakiku kulangkahkan menuju sebuah kedai kopi yang biasa kukunjungi hampir setiap akhir pekan bersama Rino. Namun hari ini aku pergi sendiri tanpa Rino di sampingku. Aku berencana membeli sepotong brownies kesukaan Rino sebagai hadiah ulang tahunnya.

Brownies legit dengan topping coklat, keju dan almond yang bertaburan di atasnya, sangat menggugah selera bukan? Aku tidak tahu apakah nanti Rino ingin mengigitnya sedikit demi sedikit atau melahapnya sekaligus? Ah …itu semua terserah Rino saja. Yang penting apakah dia mau menerima hadiahku ini, walau hanya sepotong?

Seperti saat senja terselip di setiap sudut jalan yang kulalui bersama Rino, dan kami tidak lupa mampir ke sebuah kedai kopi untuk sekedar mengantarkan senja pada pelukan malam. Tentu dengan sepotong brownies yang menemani kopi-kopi kami. Ya..kami selalu hanya pesan sepotong, lalu bergantian saling suap hingga gigitan terakhir. Sambil terus berpandangan dengan tangan saling menggenggam, hingga brownies tersebut tandas tanpa bekas. Duh…kenangan itu terbingkai dengan indah menghiasi tempurung otakku.

Tanpa terasa aku pun sudah berdiri di depan kedai kopi itu. Dengan perlahan kubuka pintunya. Hawa sejuk pendingin ruangan langsung menyeruak menerpa wajahku. Cepat cepat kututup kembali pintunya dan kulangkahkan kaki menuju etalase yang berisi aneka rasa kue kue yang menggugah selera. Rupanya brownies kegemaran kami tinggal satu-satunya, tapi untunglah masih ada. Cepat-cepat kupanggil gadis penjaga etalase.

“Mbak…saya mau yang ini, yang bertabur topping coklat, keju dan almond.”

Gadis itu dengan sigap langsung menempatkan brownies tadi ke dalam sebuah kotak kue.

“Hati-hati mbak, jangan sampai toppingnya berhamburan,” kataku berlebihan. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk.

“Ada lagi?” tanyanya seraya memandangku. Aku menggeleng.

Rino…brownies kegemaranmu sudah kudapatkan. Sekarang tinggal membeli bunga Lily putih supaya rumahmu terlihat indah. Bukankah kita akan merayakan hari ulang tahunmu di sana? Ini akan menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan bukan?

Akupun lalu meninggalkan kedai kopi itu. Dan kubawa kotak kue berisi brownies tadi dengan hati-hati. Aku tidak ingin potongan brownies ini hancur atau porak poranda sebelum kita sempat menikmati setiap suapannya berdua saja. Ya.. berdua saja, bukankah itu yang selalu kita lakukan. Makan sepiring berdua.
Kemudian aku pun berjalan menyebrangi jalan menuju kios bunga di seberang kedai kopi untuk membeli sebuket Lily putih.

Sempurna. Brownies sudah kudapatkan dan buket Lily putih pun sudah ditangan. Akupun mengingat ingat adakah yang terlewat. Oh ya…lilin ulang tahun. Mungkin di minimarket di sebelah kios bunga menjualnya. Dari kios bunga aku pun menuju minimarket membeli lilin untuk kue ulang tahun Rino. Setelah semua kudapatkan, aku pun dengan segera menuju ke tempat Rino. Semoga dia senang dengan kejutan ini, karena aku tidak mungkin lupa pada hari ulang tahunnya.

Rumah Rino tampak sepi dan gelap. Hanya pantulan cahaya bulan yang keperakan yang menemaniku memasuki tempat itu. Diiringi pekikan burung-burung malam. Lalu dengan perlahan di tengah keheningan suasana sunyi senyap kuletakkan brownies tadi perlahan lahan. Lalu kubuka penutup kotaknya, dan kunyalakan lilin ulang tahun di atasnya. Kuambil vase bunga yang telah kusiapkan dari rumah dan mengisinya dengan sebuket Lily putih.

Semua sudah beres dan tampak sempurna hanya, menunggu kedatangan Rino malam ini. Aku menunggumu Rino, menunggu kau datang. Mari kita rayakan ulang tahunmu dan menikmati brownies ini bersama, aku menunggu tiap suapan yang akan kau berikan padaku Rino, ….kekasihku.

Malam mulai bergelayut dan Lilin ulang tahun itu mulai sedikit demi sedikit habis karena mencair. Tapi Rino pun tak kunjung datang hingga rasa kantuk mulai menyerangku. Sekonyong konyong seekor tikus besar mendekat mengendap endap, mengendus lalu melahap brownies itu dengan rakus kemudian lari. Aku hanya dapat terpaku melihat kejadian itu. Tak lama datanglah tikus-tikus lainnya dan melakukan hal yang sama. Aku tak dapat berbuat banyak. Miris aku melihat brownies itu hancur tanpa bentuk, tercemari moncong dan kaki-kaki tikus. Binatang pengerat itu telah memakannya tanpa aturan.

Aku pun menangis, airmataku menitik di atas tanganku yang gemetar. Yang aku tahu Rino tidak akan pernah datang walau sekarang adalah hari ulang tahunnya. Walaupun hanya untuk sekedar menikmati brownies pemberianku. Sungguh Rino, aku merindukan setiap suapan yang kau berikan. Tatapan cinta dari sinar matamu yang membelai hatiku. Dan genggaman tanganmu yang lembut. Tapi sudahlah brownies itu kini telah hancur. Aku sepertinya harus rela, ikhlas dan pasrah melihat tikus-tikus itu melahap dan mencemarinya sepuas hati. Tapi baiklah, aku pun menyerah menunggumu datang, Rino. Lebih baik kutinggalkan saja brownies itu di atas pusaramu. Selamat Ulang tahun Rino, Rest In Peace. Aku hanya bisa mendoakanmu.



**

Tidak ada komentar: