Senin, 03 Juni 2013

Sang Reporter



Pagi ini cerah sekali, secerah hati Desi yang akan bersiap-siap pergi bekerja seperti biasa. Desi adalah seorang wanita single yang sukses dalam kariernya. Sebagai seorang owner sebuah majalah ternama Ibukota, hari ini Desi ada schedule mewawancarai seorang pengusaha sukses dan juga seorang publik figur.

Desi pun mulai mempersiapkan dirinya. Dia memutuskan mengenakan setelan baju rancangan seorang perancang busana terkenal. Sambil mematutkan dirinya di muka cermin diambilnya sebuah bedak made in Japan yang sangat mahal dan Desi pun mulai memoles wajahnya yang sudah cantik. Kecantikannya semakin terpancar karena serbuk-serbuk bedak itu menempel dengan sangat sempurna. Wajahnya menjadi semakin berkilauan bak pualam. Selanjutnya dioleskannya lipstik warna Salem di bibirnya yang mungil dan sebagai sentuhan terakhir Desi menyemprotkan parfume merek terkenal berharga jutaan rupiah kesekujur tubuhnya.

Setelah merasa cukup berdandan, Desi kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Sarapan pagi ini adalah secangkir coffee milk dan sekerat chicken sandwich. Sambil mendengarkan alunan musik yang terdengar dari sebuah channel radio ternama, Desi menikmati menu sarapannya.

“Sudah saatnya aku pergi beraktifitas sekarang,” kata Desi pada dirinya sendiri.

Desi pun bergegas meninggalkan ruangan apartment mewahnya. Setelah mengunci pintu apartment Desi bergegas menuju lift kemudian menanti driver yang membawa mobil mewah miliknya di lobby apartment. Desi duduk di sebuah sofa sambil menunggu. Tak lama kemudian sebuah Mencedes Benz E Class keluaran terbaru berhenti di depan pintu Lobby Apartment lalu seorang driver  membukakan pintu kanan belakang mobil mewah tersebut dengan sikap yang sangat sopan. Desi pun bergegas menuju mobil tersebut lalu mengangguk dan tersenyum sambil masuk ke dalam mobil pribadinya.

Di dalam mobil yang sangat sejuk dengan diiringi musik instrument, Desi mempersiapkan pekerjaannya dengan dibantu Laptop kesayangannya. Tiba-tiba terdengar bunyi berdecit kendaraan yang direm secara mendadak.

“Sompreett….liat-liat nape kalo jalan woiiii.” 

Supir Metromini itu bersungut-sungut karena kesal. Hampir saja ia menyerempet seorang pemulung. Desi pun terhenyak lalu diliriknya jam yang melingkari pergelangan tangannya. Wah sudah hampir sampai rupanya untung belum terlambat. Dengan lincah Desi turun dari dalam Metromini dan tanpa sengaja memandang wajahnya yang mengkilap karena bedaknya sudah luntur dari pantulan kaca spion. Untunglah Desi pagi itu mengenakan pakaian yang nyaman. Kemeja tangan pendek yang basah oleh keringat dan celana jeans stretch setengah formil made in China, sehingga dia leluasa bergerak sebagai seorang reporter berita yang baru mulai akan bekerja.

***

Tidak ada komentar: