Senin, 03 Juni 2013

Kekasih Abadi Renata



Lelaki itu berlumuran darah. Sebilah pisau dapur tertancap menembus jantungnya. Lelaki itu mengerang, ambruk. Tangannya menggapai meminta pertolongan pada seseorang di hadapannya. Orang itu menyeringai puas memandang lelaki yang sedang sekarat di depannya. Diangkatnya bahu lelaki itu hingga muka mereka saling berhadapan.

“Ini adalah balasan buatmu, keparat…kau telah meniduri kekasihku,” lalu didorongnya badan lelaki sekarat itu hingga ia pun kembali tersungkur di lantai rumah besar itu. Lelaki itu terbunuh dengan mata terbelalak.

Kemudian pembunuh itu menyiram seluruh ruangan dengan bensin kemudian menyiramkannya pula ke sekujur tubuh mayat yang tergeletak bersimbah darah pada lantai yang dingin. Lalu mencabut pisau dapur yang tertancap pada dada lelaki malang itu.

***

Dari surat kabar, Renata membaca berita kematian kekasihnya Dio, yang terpanggang dalam rumahnya sendiri. Wajahnya tanpa ekspresi. Kemudian dia pun melenggang pergi meninggalkan apartemennya. Dan membuang surat kabar yang tadi baru dibacanya ke tempat sampah.


Hari ini Renata kembali bertemu Damara untuk yang kesekian kalinya. Damara kekasih baru Renata. Sambil menyulut sebatang rokok mild Renata menyapu pandangan ke seluruh ruangan out door cafe. Tak berapa lama Damara pun datang. Tanpa basa basi Damara langsung mendekati Renata. Mereka saling berciuman. Lalu Damara duduk di hadapan Renata sambil memandang gadis cantik itu.

“Kamu cantik sekali, sayang,” kata Damara penuh kekaguman. Renata mengibaskan rambutnya yang panjang sebahu, aromanya menebar menyesaki penciuman Damara. Renata mengedipkan mata. Mereka meninggalkan cafe itu. Sambil berjalan menuju parkiran Renata berbisik mesra.

“Ke mana kau akan membawaku sayang?” bisik Renata di telinga Damara.


“Kita akan pergi ke suatu tempat dan bercinta semalaman di mana tidak ada seorangpun akan mengganggu,” kata Damara sambil tertawa.


“Baiklah, tapi aku tidak membawa baju sepotong pun,”  kata Renata kemudian.


“Haahaahaa...kenapa bingung sih, nanti kita mampir untuk membelinya di Mal itu,” kata Damara sambil menunjuk sebuah Mal yang mereka lewati.


Mobil Damara pun langsung berbelok memasuki Mal tersebut dan memarkir kendaraannya. Mereka pun berjalan berpelukan dalam Mal mewah yang sejuk. Renata membeli beberapa lembar pakaian dan lingerie, lalu menuju kasir.


“Totalnya Rp.1.250.000," kata gadis kasir kepada Damara.Tiba-tiba telepon genggam Damara berbunyi, lelaki itu mengangkatnya.


“Sayang...bayar dulu,” kata Renata pada Damara. Lalu lelaki itu memberikan debit card-nya pada Renata.


“Bayarlah sayang, pin-nya 12.02.666," kata Damara sambil berbicara dengan seseorang di ujung telepon.


“Seseorang bernama Frans mengancam membunuhku, bila aku mengganggu kekasihnya,” kata Damara sambil tertawa tawa.


“Frans menelponmu?” kata Renata kemudian. Damara menyeringai.


“Siapa Frans, sayang? Kekasihmu yang lain?” kata Damara acuh tak acuh. Renata hanya mengangkat bahu. 
Kemudian mereka tertawa.

Lalu mereka meninggalkan Mal. Mobil Damara bergerak meninggalkan Jakarta menuju Bandung. Sesampainya di Bandung mereka mencari sebuah villa di sekitar Bandung Selatan. Kemudian Renata menuju ke dapur villa tersebut dan membuatkan Damara segelas orange juice.


“Minum ini sayang, kamu pasti kehausan,” bujuk Renata sambil mengerling pada Damara.


“Baiklah,” kata Damara tanpa ragu diteguknya orange juice pemberian Renata.


Tiba-tiba mata Damara terbelalak. Dipandangnya wajah cantik Renata. Leher Damara terasa terbakar hingga ia tak bisa bicara sepatah katapun. Kemudian lelaki itu berjalan terhuyung lalu ambruk di lantai. Renata menatap Damara yang terjatuh dihadapannya tanpa ekpresi. Tak lama terdengar suara seseorang mengetuk pintu villa. Renata membukanya dan Frans berdiri dengan menyerigai memandang gadis cantik itu.


“Sudah aku bereskan dia, Frans. Sekarang bantu aku membawa Damara ke mobilnya,” kata Renata pada Frans. Mereka berdua pun memapah Damara yang sudah tak bernyawa. Renata mengendarai mobil milik Damara menuju sebuah jurang di kawasan sekitar Kawah Putih yang sepi. Renata lalu menyiram sekujur tubuh Damara dengan Bensin lalu menyulutnya dengan api. Tubuh Damara terbakar. Renata secepat kilat keluar dari mobil. Lalu dari arah belakang Frans mendorong mobil Damara hingga meluncur bebas masuk ke dalam jurang.


“Kita pergi secepatnya dari sini sekarang,” kata Renata pada kekasihnya Frans. Kemudian dengan secepat kilat mobil Frans pun berjalan melesat meninggalkan Bandung menuju Jakarta.


***


Di sebuah apartemen, pagi itu. Frans yang tak lain adalah Fransisca memeluk kekasihnya Renata dengan mesra. Dibelainya rambut Renata lalu diciumnya kekasihnya itu. 
Mereka berdua kemudian membaca berita bunuh diri seorang pengusaha kaya bernama Damara dari surat kabar.

“Renata kekasih abadiku, siapakah korbanmu berikutnya?” bisik Fransisca dengan mesra.


***

Tidak ada komentar: